metode pendidikan akhlak
MAKALAH
TAFSIR AYAT-AYAT AKHLAK
“METODE DAN MEDIA DLAM PENDIDIKAN AKHLAK”

Disusun oleh: Kelompok IV
Ida Aulia Mawaddah :
15.1.13.1.063
Dosen Pengampuh :
Drs. H. Baehaqi, M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU YARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2016
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan
syukur selalu terucap kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kamu kesehatan
sehingga mampu menyelesaikan kewajiban kami. Tak lupa pula shalawat dan salam
kepada junjungan alam penerang umat muslim Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa umat dari kehidupan jahiliyah menuju kehidupan yang berilmu.
Alhamdulillah,
pada kesempatan ini kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kami
pada mata kuliah Tafsir Ayat-ayat Akhlak yang berjudul Metode Dan Media
Dalam Pendidikan Akhlak. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
Dosen Pembimbing mata kuliah yang telah memberi arahan dalam proses penyusunan
makalah.
Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini sangat banyak sekali kekurangan, oleh karena itu kami
menerima saran dan kritikan yang mendukung dan memotivasi dari pembaca.
Maret 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar
Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
A. Metode
Dalam Pendidikan Akhlak................................................................ 3
B. Media
Dalam Pendidikan Akhlak................................................................. 13
BAB III PENUTUP................................................................................................. 22
A. Kesimpulan................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metode dan media merupakan hal yang
sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila
proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk
mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kendala penggunaan
metode yang tepat dalam mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti, keterampilan guru belum
memadai, kurangnya sarana dan prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan
kebijakan lembaga pendidikan yang belum menguntungkan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar yang variatif.
Apa yang ditemukan oleh
Ahmad Tafsir (1992 : 131) mengenai kekurang tepatan penggunaan metode ini patut
menjadi renungan. Beliau mengatakan pertama, banyak siswa tidak serius,
main-main ketika mengikuti suatu meteri pelajaran, kedua gejala tersebut
diikuti oleh masalah kedua yaitu tingkat penguasaan materi yang rendah, dan
ketiga para siswa pada akhirnya akan menganggap remeh mata pelajaran tertentu.
Kenyataan ini
menunjukan betapa pentingnya metode dan media proses belajar
mengajar. Tetapi betapapun baiknya suatu metode dan media tetapi bila tidak
diringi dengan kemampuan guru dalam menyampaikan maka metode tinggalah metode.
Ini berarti faktor guru juga ikut menentukan dalam keberhasilan proses kegiatan
belajar mengajar. Sepertinya kedua hal ini saling terkait. Metode yang baik
tidak akan mencapai tujuan bila guru tidak lihai menyampaikannya. Begitu juga
sebaliknya metode yang kurang baik dan konvensional akan berhasil dengan
sukses, bila disampaikan oleh guru yang kharismatik dan berkepribadian,
sehingga peserta didik mampu mengamalkan apa yang disampaikannya tersebut.
Al-Quran sebagai kitab
suci umat Islam di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan
yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-Qur’an diturunkan untuk umat
manusia, sebagai sumber pedoman, sumber inspirasi dan sumber ilmu pengatahuan.
Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Ayat-Ayat Apa Saja Yang Termasuk Dalam Metode Pendidikan Akhlak?
2.
Ayat-Ayat Apa Saja Yang Termasuk Dalam Media Pendidikan Akhlak?
C.
Tujuan Penulisan
Sebagaimana yang tercantum dalam rumusan makalah yaitu membahas tentang
Metode dan Media dalam Pendidikan Akhlak, oleh karena itu tujuan penulisan
makalah ini ialah untuk mengetahui metode pendidikan apa saja dan media
pendidikan apa saja yang terdapat dala Al-Qur’an.
BAB II
PRMBAHASAN
A.
Metode Dalam Pendidikan Akhlak
a. Q.S. An-Nahl, ayat
125-128
äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™
y7În/u‘
ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/
}‘Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u‘ uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/
¨@|Ê `tã
¾Ï&Î#‹Î6y™ ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïωtGôgßJø9$$Î/
ÇÊËÎÈ
÷bÎ)ur óOçGö6s%%tæ
(#qç7Ï%$yèsù È@÷VÏJÎ/ $tB
OçFö6Ï%qãã ¾ÏmÎ/
( ûÈõs9ur
÷Län÷Žy9|¹ uqßgs9 ׎öyz šúïÎŽÉ9»¢Á=Ïj9 ÇÊËÏÈ
÷ŽÉ9ô¹$#ur $tBur
x8çŽö9|¹ žwÎ) «!$$Î/ 4 Ÿwur ÷bt“øtrB óOÎgøŠn=tæ Ÿwur Ûs? ’Îû
9,øŠ|Ê $£JÏiB šcrãà6ôJtƒ
ÇÊËÐÈ
¨bÎ) ©!$# yìtB tûïÏ%©!$#
(#qs)¨?$#
tûïÏ%©!$#¨r
Nèd
šcqãZÅ¡øt’C
ÇÊËÑÈ
·
Terjemahan ayat
125. Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
126. Dan jika kamu memberikan balasan, Maka
balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu akan
tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar.
127.
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka
dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
128.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang
berbuat kebaikan.
·
Penjelasan ayat
Makna umum dari ayat ini bahwa nabi diperintahkan untuk mengajak kepada
umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi tuntunan Al-Qur’an yaitu
dengan cara Al-hikmah, Mauizhoh Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini nabi
sebagai rasul telah berhasil mengajak umatnya dengan penuh kesadaran. Ketiga
metode ini telah mengilhami berbagai metode penyebaran Islam maupun dalam
konteks pendidikan. Proses serta metode pembelajaran dan pengajaran yang
berorientasi filsafat lebah (An-Nahl) berarti membangun suatu sistem yang kuat
dengan “jaring-jaring” (networking) yang menyebar ke segala penjuru. Analogi
ini bisa menyeluruh ke peserta didik, guru, kepala sekolah, wali murid, komite
sekolah dan instasi lain yang terkait. Sehingga menjadi komponen pendidikan
yang utuh, menjadi satu sistem yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang
lain.
Pada awalnya ayat ini berkaitan dengan dakwah Rasulullah SAW. Kalimat yang
digunakan adalah fiil amr “ud’u” (asal kata dari da’a-yad’u-da’watan) yang
artinya mengajak, menyeru, memanggil. Dalam kajian ilmu dakwah maka ada
prinsip-prinsip dalam menggunakan metode dakwah yang meliputi hikmah, maudhoh
hasanah, mujadalah. Metode ini menyebar menjadi prinsip dari berbagai system,
berbagai metode termasuk komunikasi juga pendidikan. Seluruh dakwah, komunikasi
dan pendidikan biasanya merujuk dan bersumber pada ayat ini sebagai prinsip
dasar sehingga terkenal menjadi sebuah “metode”. Secara etimologi metode
berasal dari bahasa Greeka, yaitu “Metha” artinya melalui atau melewati dan
“Hodos” artinya jalan atau cara. Dalam kajian keislaman metode berarti juga
“Thoriqoh”, yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk
melakukan suatu pekerjaan. Dengan demikian metode mengajar dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat
berlangsungnya proses pembelajaran.
Adapun secara terminologi, para ahli pendidikan mendefinisikan metode
sebagai berikut:
1) Hasan Langgulung
mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan pendidikan.
2) Abd. Al – Rahman
Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam
mencapai tujuan pengajaran.
3) Ahmad Tafsir
mendefinisikan metode mangajar adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam
mengajarkan mata pelajaran
Ada beberapa landasan
dasar dalam menentukan metode yang tepat dalam mengajar diantaranya diulas oleh
Abu Ahmadi, beliau mengatakan bahwa landasan untuk pemilihan metode ialah :
1) Sesuai dengan tujuan
pengajaran agama.
2) Sesuai dengan
jenis-jenis kegiatan.
3) Menarik perhatian murid
4) Maksud metodenya harus
dipahami siswa.
5) Sesuai dengan kecakapan
guru agama yang bersangkutan.
Dalam tafsir Al-Maroghi
dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW dianjurkan untuk meniru Nabi Ibrohim yang memiliki sifat-sifat
mulia, yang telah mencapai puncak derajat ketinggian martabat dalam
menyampaikan risalanya. Allah berfirman :
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ
Kemudian Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” dan bukanlah
dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Dalam surat An-Nahl
(lebah) ayat 125 , terdapat tiga prinsip dalam implementasi metode penyampaian
(dakwah, pembelajaran, pengajaran, komunikasi dan sebagainya) yaitu :
1. Al-Hikmah
Dalam bahasa Arab Al-hikmah artinya ilmu, keadilan, falsafah,
kebijaksanaan, dan uraian yang benar. Al-hikmah berarti mengajak kepada jalan
Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai
faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media
dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan
audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran
tercapai dengan maksimal. Imam Al-Qurtubi menafsirkan Al-hikmah dengan “kalimat
yang lemah lembut”. Beliau menulis dalam tafsirnya:
Nabi diperintahkan
untuk mengajak umat manusia kepada “dienullah” dan syariatnya dengan lemah
lembut tidak dengan sikap bermusuhan. Hal ini berlaku kepada kaum muslimin
seterusnya sebagai pedoman untuk berdakwah dan seluruh aspek penyampaian
termasuk di dalamnya proses pembelajaran dan pengajaran. Hal ini diinspirasikan
dari ayat Al-Qur’an dengan kalimat “qaulan layinan”. Allah berfirman :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada
interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan
bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher
oriented” akan berubah menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan
selalu memberikan peluang dan kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.
Al-Hikmah dalam tafsir At-Tobari adalah menyampaikan sesuatu yang telah
diwahyukan kepada nabi. Ath-Thobari menguraikan :
يقول بوحى الله الذى يوحيه اليك, وكتابه الذى نزله عليك بالحكمة
Hal ini hampir senada dengan Mustafa Al-Maroghi bahwa Al-Hikmah cenderung diartikan sebagai sesuatu yang diwahyukan. Demikian pula dalam tafsir Al-Jalalain Al-hikmah diartikan dengan Al-Qura’nul kariem sebagai sesuatu yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. An-Naisaburi menegaskan bahwa yang dimaksud Al-hikmah adalah tanda atau metode yang mengandung argumentasi yang kuat (Qoth’i) sehingga bermanfaat bagi keyakinan. Beliau menulis :
بالحكمة اشارة الى استعمال الحجج القطعية المفيدة لليقين
Nampak dengan gamblang sebenarnya yang dimaksud dengan penyampaian wahyu dengan hikmah ini yaitu penyampaian dengan lemah lembut tetapi juga tegas dengan menggunakan alasan-dalil dan argumentasi yang kuat sehingga dengan proses ini para peserta didik memiliki keyakinan dan kemantapan dalam menerima materi pelajaran. Materi pembelajaran bermanfaat dan berharga bagi dirinya, merasa memperoleh ilmu yang berkesan dan selalu teringat sampai masa yang akan datang.
2. Mauidzah Hasanah
Maudzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Mauidzah dan Hasanah”. Al-mauidzah dalam tinjauan
etimologi berarti “pitutur, wejangan, pengajaran, pendidikan, sedangkan hasanah
berarti baik. Bila dua kata ini digabungkan bermakna pengajaran yang baik. Ibnu
Katsir menafsirkan Al-mauidzah hasanah sebagai pemberian peringatan kepada
manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan proses ini mereka akan
mengingat kepada Allah. Ibnu Katsir menulis sebagai berikut :
والموعظة الحسنة أي بما فيه من الزواجر والوقائع بالناس ذكرهم بها ليحذروا بأس الله تعالى
At-Thobari mengartikan mauidzah hasanah dengan “Al-ibr al-jamilah” yaitu perumpamaan yang indah bersal dari kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi dalam proses penyampaian. Pengajaran yang baik mengandung nilai-nilai bermanfaatan bagi kehidupan para siswa. Mauidzah hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada setiap da’i (guru, ustadz, mubaligh) sehingga penyampaian kepada para siswa lebih berkesan. Siswa tidak merasa digurui walaupun sebenarnya sedang terjadi penstransferan nilai. Al-Imam Jalaludin Asy-Syuyuti dan Jalaludin Mahali mengidentikan kata “Al-Mauidah” itu dengan kalimat مواعظه أو القول الرقيق artinya perkataan yang lembut. Pengajaran yang baik berarti disampaikan melalui perkataan yang lembut diikuti dengan perilaku hasanah sehinga kalimat tersebut bermakna lemah lembut lagi baik. Dengan melalui prinsip maudzoh hasanah dapat memberikan pendidikan yang menyentuh, meresap dalam kalbu. Ada banyak pertimbangan (multi approach) agar penyampaian materi bisa diterima oleh peserta didik diantaranya : a).Pendekatan Relegius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk relegius dengan bakat-bakat keagamaan. Metode pendidikan Islam harus merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, b). Dasar Biologis, pertumbuhan jasmani memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan, c).Dasar Psikologis, metode pendidikan Islam bisa effektif dan efesien bila didasarkan pada perkembangan psikis meliputi motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal intelektual, d). Dasar Sosiologis, pendekatan social interaksi antar siswa, guru dengan siswa sehingga memberikan dampak positif bagi keduanya.
3. Mujadalah
Kata mujadalah berasal dari kata “jadala” yang makna awalnya percekcokan
dan perdebatan. Kalimat “jadala” ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an
diantaranya dalam surat Al-Kahhfi ayat 54( وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلً), dalam surat Az-Zukhruf
ayat : 56, (َقَالُوا أَآلِهَتُنَا
خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ).
Kalimat “jadala” dengan berbagai variasinya juga bertebaran dalam Al-Qur’an, bahkan
ada surat yang bernama “Al-Mujaadilah” ( perempuan-perempuan yang mengadakan
gugatan) Mujadalah dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog
atau diskusi sebagai kata “ameliorative” berbantah-bantahan. Mujadalah berarti
menggunakan metode diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta
diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada
Allah SWT.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirmya bahwa
mujadalah ini adalah cara penyampaian melalui diskusi dengan wajah yang baik
kalimat lemah lembut dalam berbicara.
Metode penyampaian ini dicontohkan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ketika
berdialog-diskusi dan berbantahan dengan Fir’aun. Sedangkan hasil akhirnya
dikembalikan kepada Allah SWT. Sebab hanya Allahlah yang mengetahui orang
tersebut mendapat petunjuk atau tidak. Metode diskusi yaitu cara penyampaian
bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan,
menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut
metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada
para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan
dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati
pendapat orang lain, sadar bahwa ada pandapat di luar pendapatnya dan disisi
lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan
dan bakat bawaannya. An-Naisaburi memberikan ilustrasi bahwa mujadalah itu
adalah sebuah metode “أي بالطريقة”.
Diskusi (mujadalah) tidak akan memperoleh tujuan apabila tidak memperhatikan
metode diskusi yang benar, yang hak sehingga diskusi jadi “bathal” tidak
didengarkan oleh mustami’in. Metode mujadalah lebih menekankan kepada pemberian
dalil, argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa berusaha untuk menggali
potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang mendasar dan ilmiyah
dalam setiap argumen diskusinya. Para guru hanya bertindak sebagai motivator,
stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke
“Student Centre” yang menekankan aspek penghargaan terhadap perbedaan individu
para peserta didik (individual differencies) bukan “Teacher Centre”.
·
Nilai-nilai Pendidikan
a)
Dakwah agama harus memanfaatkan cara atau metode berdasarkan kondisi dan
kebutuhan yang diajak agar apa yang disampaikan dapat berpengaruh.
b)
Dalam mengajak seseorang atau masyarakat kepada Allah, harus memanfaatkan
sisi rasional dan emosional agar lebih berpengaruh dan lebih dapat diterima.
b. Q.S. Ibrahim, ayat 24-25
öNs9r& ts? y#ø‹x. z>uŽŸÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhŠsÛ ;otyft±x. Bpt7Íh‹sÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur ’Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ þ’ÎA÷sè? $ygn=à2é& ¨@ä. ¤ûüÏm ÈbøŒÎ*Î/ $ygÎn/u‘ 3 ÛUÎŽôØo„ur ª!$# tA$sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 šcrãž2x‹tGtƒ ÇËÐÈ
§ Terjemahan ayat tafsir:
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit,
25. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.[1]
§ Penjelasan ayat:
Wahai
manusia, tidakkah kalian mengetahui bagaimana Allah memberikan perumpamaan
mengenai kalimat yang baik seperti pohon yang baik. Kalimat yang baik adalah
kalimat Tauhid, kalimat orang Islam dan kalimat menyeru dalam Al-qur’an. Dan
pohon yang baik itu adalah pohon kurma. Pohon kurma disifati dengan 4 sifat,
yaitu :
1. Pohon
yang baik itu adalah pohon yang enak dipandang baik bentuknya, baik aromanya,
baik buahnya, baik kegunaannya (buahnya lezat) dan memberikan manfaat yang
sangat besar.
2. Akarnya
teguh (sisa akarnya melekat dan kuat tidak akan tercabut).
3. Cabangnya
menjulang ke langit (keadaannya sempurna dapat memanjangkan daun), dan apabila
daunnya jatuh maka akan membusuk didalam tanah, untuk itu buahnya harus bersih
dari berbagai kotoran.
4. Pohon
itu memberikan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhan-Nya (akan berbuah
setiap waktu dengan seizin Allah, kekuasaan-Nya, penciptaan-Nya dan
Anugerah-Nya), dan apabila pohon-pohon itu memberikan buahnya setiap waktu itu
sudah merupakan aturan musim.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas, bahwa kalimat yang baik itu seperti ucapan : dan pohon yang
baik itu adalah pohon kurma, begitu pula menurut Ibnu Mas’ud. Diriwayatkan pula
dari Anas Bin Amr dari Nabi Muhammad SAW dan hadits Ibnu Amr yang diriwayatkan
oleh Bukhori berkata : “Rasulullah SAW bersabda : beritakan aku mengenai pohon
yang menyerupai sifat orang-orang muslim, yang daunnya tidak berguguran baik di
musim panas ataupun musim dingin dan memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhan-Nya. Ibnu Amr berkata : sebagaimana terjadi pada diriku
ketika Abu Bakar dan Umar melihat pohon kurma, kami tidak dapat berbicara
apapun, sampai-sampai kami tidak dapat mengucapkan sesuatu. Rasulullah SAW
berkata : itulah yang dinamakan pohon kurma.
Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia, supaya dapat menambah
pemahaman dan akal fikiran juga gambaran mengenai pohon kurma tersebut, karena
makna-makna perumpamaan itu harus dapat diterima oleh akal dengan perasaan yang
melekat, menghilangkan sesuatu yang tersembunyi dan keraguan didalamnya
sehingga dapat menjadikan makna tersebut sesuatu yang dapat disentuh oleh
perasaan dan fikiran. Dalam hal ini, manusia mengajak kita untuk memikirkan
adanya kebesaran Allah dengan adanya perumpamaan-perumpamaan ini, dan
memikirkan hal-hal yang tersirat didalamnya untuk dapat memahami tujuan dari
makna-makna tersebut.
Ayat di atas memberikan
gambaran kepada kita untuk merenungi dan mentafakuri ciptaan Allah agar dapat
diambil hikmah dan pelajarannya. Seperti ayat-ayat Allah yang memiliki
kandungan-kandungan makna yang tersirat. Dan metode pengajaran dalam ayat ini
adalah kontemplasi.[2]
·
Nilai-nilai Penididkan
a)
Nilai pendidikan yang dapat diambil dari ayat di atas adalah bahwa
perumpamaan adalah salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses
pendidikan dan pengajaran.
b)
Gambaran perumpamaan pada ayat di atas tentang pohon bagus yang akarnya
kokoh menancap ke dasar bumi dan cabangnya menjulang ke angkasa untuk sebuah
kalimat Thayyibah, bertujuan agar obyek yang di ajak bicara lebih mudah
memahami pentingnya memiliki prinsip tauhid yang kuat dalam menempuh perjalanan
kehidupan di dunia.
B.
Media Pendidikan Akhlak
a. QS. Al Isra’ ayat 84
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ
أَهْدَى سَبِيلاً
·
Terjemah
Artinya : Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat
menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang
lebih benar jalannya.
·
Tafsir Ayat
(Katakanlah, “Tiap-tiap orang) di antara kami
dan kalian (berbuat menurut keadaannya masing-masing) yakni menurut caranya
sendiri-sendiri (Maka Rabb kalian lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya”) maka Dia akan memberi pahala kepada orang yang lebih benar jalannya.[3]
·
Analisa Materi
Ayat diatas mengatakan bahwa setiap orang yang melakukan suatu perbuatan,
mereka akan melakukan sesuai keadaannya (termasuk di dalamnya keadaan alam
sekitarnya) masing-masing. Hal ini menjelaskan bahwa dalam melakukan suatu
perbuatan memerlukan media agar hal yang dimaksud dapat tercapai.
Dalam dunia pendidikan, seorang guru yang hendak mengajarkan suatu materi
kepada muridnya dituntut menggunakan media sebagai pembantu sampainya materi
tersebut. Media yang dipergunakan tidak harus berupa media yang mahal,
melainkan media yang benar-benar efisien dan mampu manjadi alat penghubung
antara seorang guru dengan murid agar materi yang diajarkan dapat diterima dan
dipahami secara maksimal. Hal ini sesuai kata شاكلته (sesuai keadaannya) pada ayat diatas.
Sedangkan kalimat فربكم أعلم بمن هو أهدى سبيلا dalam
ayat diatas jika dikaitkan dengan media pendidikan. Secara tersirat, kalimat
diatas bermakna bahwa seorang guru hendaklah mendiskusikan dengan orang-orang
yang lebih mengetahui (dalam ayat tersebut Allah berperan sebagai Dzat yang
maha mengetahui) tentang media apa yang akan digunakannya ketika ia mengajar.
Media sangat berperan penting dalam pencapaian hasil yang di harapkan. Ini
terlihat secara tidak langsung dalam tafsirnya, yakni (Dia (Allah) akan memberi
pahala kepada orang yang lebih benar jalannya). Dari penjelasan diatas penulis
mengambil sebuah kesimpulan bahwa media yang baik dan benar akan mewakili
sampainya materi yang di ajarkan, sedangkan media yang kurang tepat tidak akan
mencapai hasil yang maksimal.\
b. QS. An Nahl ayat 89
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي
كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيداً عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيداً
عَلَى هَـؤُلاء وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِّكُلِّ شَيْءٍ
وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
·
Terjemah
Artinya : (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami
bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
·
Tafsir Ayat
(Dan) ingatlah (akan hari ketika Kami bangkitkan
pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri) yakni nabi
mereka sendiri (dan Kami datangkan kamu) hai Muhammad (menjadi saksi atas
mereka) bagi kaummu. (Dan Kami turunkan kepadamu Alkitab) yakni Alquran (untuk
menjelaskan) untuk menerangkan (segala sesuatu) yang diperlukan oleh umat
manusia menyangkut masalah syariat (dan petunjuk) supaya jangan tersesat (serta
rahmat dan kabar gembira) memperoleh surga (bagi orang-orang yang beriman) bagi
orang-orang yang mentauhidkan Allah.
·
Analisa Materi
Menurut analisa penulis, Dalam ayat ini secara
tidak langsung Allah mengajarkan kepada manusia untuk menggunakan sebuah alat/
benda sebagai suatu media dalam menjelaskan segala sesuatu. Sebagaimana Allah
Swt menurunkan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw untuk menjelaskan segala
sesuatu, maka sudah sepatutnya jika seorang menggunakan suatu media tertentu
dalam menjelaskan segala hal.
Ayat diatas juga menjelaskan tentang bagaimana
seharusnya syarat suatu media yang akan digunakan. Pada surat An Nahl ayat 89
tersebut dijelaskan bahwa Al Qur’an selain berperan untuk menjelaskan,
juga merupakan sesuatu yang berfungsi sebagai petunjuk, rahmat, dan pemberi
kabar gembira bagi orang yang menyerahkan diri.
Sebagaimana keterangan diatas, maka suatu media
yang digunakan dalam pengajaran harus mampu menjelaskan kepada para siswa
tentang materi yang sedang mereka pelajari. Syarat ini sejalan dengan esensitas
sebuah media dalam pengajaran pada QS. Al Isra’ : 84. Selain hal tersebut,
sebuah media juga harus mampu menjadi petunjuk untuk melakukan sesuatu yang
baik. Sedangkan mengenai Al Qur’an sebagai rahmat dan pemberi kabar gembira
jika dikaitkan dengan masalah media dalam dunia pendidikan maka suatu media
harus mampu menumbuhkan rasa gembira yang selanjutnya meningkatkan ketertarikan
siswa dalam mempelajari materi-materi yang disampaikan. Hal tersebut karena
tujuan pendidikan tidak hanya pada segi kognitif saja, melainkan juga harus
mampu mempengaruhi sisi afektif dan psikomotor para siswa. Dalam hal ini maka
media harus mampu meraih tujuan pendidikan tersebut.
c. QS. Al Maidah ayat 16
يَهْدِي بِهِ اللّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلاَمِ
وَيُخْرِجُهُم مِّنِ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى
صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
·
Terjemah
Artinya : Dengan kitab Itulah Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan
kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan
yang lurus.
·
Tafsir Ayat
(Orang yang mengikuti keridhaanNya), ialah orang
yang dalam beragama tetap ingin mencari keridhaan Allah, tidak sekedar
memantapkan apa yang diketahuinya, dan yang telah membentuk kepribadiannya dan
diterima dari generasi sebelumnya, dengan tidak melakukan pemikiran dan mencari
bukti-bukti (istidlal). (ke jalan keselamatan) Maksudnya adalah jalan
yang selamat dari segala rasa takut.[4]
(Dengan izin_Nya), yakni dengan kehendak Allah
dan taufikNya. Dengan menempuh sunnah-sunnah Allah, bahwa amal-amal saleh dan
kepercayaan-kepercayaan yang benar adalah mempengaruhi dan memperbaiki jiwa.
(kepada jalan yang lurus), yakni kepada agama yang benar. Karena agama yang
benar itu hanyalah satu dan diakui kebenarannya ditinjau dari sudut manapun.
Adapun agama yang batil, memang banyak jalannya, yang semuanya bengkok
berliku-liku, tak ada yang lurus.[5]
·
Analisa Materi
Pada ayat diatas, Allah Swt menyebutkan tiga
macam kegunaan dari Al Qur’an. Hal ini jika kita kaitkan dengan media dalam
pendidikan maka kita akan mengetahui bahwa minimal ada tiga syarat yang harus
dimiliki suatu media sehingga alat ataupun benda yang dimaksud dapat
benar-benar digunakan sebagi media dalam pembelajaran. Tiga aspek itu adalah :
1.
Bahwa media harus mampu memberikan petunjuk
(pemahaman) kepada siapapun siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan
memahami medianya. Ringkasnya, media harus mampu mewakili setiap pikiran sang
guru sehingga dapat lebih mudah memahami materi.
2.
Dalam Tafsir Al Maraghi disebutkan bahwa Al
Qur’an sebagai media yang digunakan oleh Allah akan mengeluarkan penganutnya
dari kegelapan Aqidah berhala. Keterangan ini memiliki makna bahwa setiap media
yang digunakan oleh seorang guru seharusnya dapat memudahkan siswa dalam
memahami sesuatu.
3.
Sebuah media harus mampu mengantarkan para
siswanya menuju tujuan belajar mengajar serta tujuan pendidikan dalam arti
lebih luas. Media yang digunakan minimal harus mencerminkan (menggambarkan)
materi yang sedang diajarkan. Semisal dalam mengajarkan nama-nama benda bagi
anak-anak, maka media yang digunakan harus mampu mewakili benda-benda yang
dimaksud. Tidak mungkin dan tidak diperbolehkan mengajarkan kata “Meja” tetapi
media yang digunakan adalah motor.
·
Nilai-nilai Pendidikan
a)
Untuk mencapai keselamatan dan ketentraman, seorang harus berada di atas
jalan Allah dan Al-Qur’an adalah petunjuk bagi semua orang untuk sampai ke
jalan tersebut.
b)
Hanya manusia yang senantiasa berada dalam naungan agama yang dapat
mengantarkan kerukunan dalam hidup ketentraman dan kesejahteraan.
c)
Pekerjaan yang mengantarkan manusia kepada Tuhan adalah berbeda-beda.
Amal shaleh setiap orang juga berbeda-beda, tapi apabila tujuannya adalah untuk
memperoleh keridhaan Allah, maka semuanya akan berujung pada satu jalan yang
sama.
d. QS. Al Ahzab ayat 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
·
Terjemah
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.
·
Tafsir Ayat
(Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu
suri teladan bagi kalian) dapat dibaca iswatun dan uswatun (yang baik) untuk
diikuti dalam hal berperang dan keteguhan serta kesabarannya, yang
masing-masing diterapkan pada tempat-tempatnya (bagi orang), lafal ayat ini
berkedudukan menjadi badal dari lafal lakum (yang mengharap rahmat Allah) yakni
takut kepada-Nya (dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah) berbeda halnya
dengan orang-orang yang selain mereka.
·
Analisa Materi
Tugas seorang guru pada hakikatnya bukan sekedar transfer of knowladge (mentransfer
ilmu) bagi para siswanya. Melainkan juga harus mampu merubah kepribadiannya.
Karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar tapi juga mendidik.
Sebagaimana tugas seorang guru diatas, maka dalam hal menggunakan media
seharusnya guru benar-benar selektif. Hal ini di maksudkan agar media yang
digunakan mampu merubah segi psikomotor seorang siswa sebagaimana yang telah
penulis sampaikan sebelumnya.
Jika diperhatikan dengan seksama sebenarnya ayat ini berkaitan erat dengan
ayat 16 pada surat Al Maidah di atas. Apabila dikaitkan dengan media dalam
pendidikan, maka sebuah media harus mampu mengubah perilaku seorang siswa yang
sedang diajar. Sebagaimana Rasul merupakan suri teladan yang di utus oleh Allah
bagi umat islam agar meniru perilakunya.
e. QS. An Nahl ayat 44
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ
لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
·
Terjemah
Artinya : “Dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan
kitab-kitab. dan Kami turunkan
kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”
·
Tafsir Ayat
(Dengan membawa keterangan-keterangan) lafal ini berta’alluq kepada fi’il
yang tidak disebutkan; artinya Kami utus mereka dengan membawa hujah-hujah yang
jelas (dan kitab-kitab) yakni kitab-kitab suci. (Dan Kami turunkan kepadamu
Adz-Dzikr) yakni Alquran (agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang
diturunkan kepada mereka) yang di dalamnya dibedakan antara halal dan haram
(dan supaya mereka memikirkan) tentang hal tersebut kemudian mereka mengambil
pelajaran daripadanya.
·
Analisa Materi
Analisa penulis tentang media dalam pendidikan berdasarkan ayat ini adalah
bahwasanya suatu media yang digunakan oleh seorang guru harus mewakili sebagian
dari materi yang telah diajarkan sebelumnya. Ini terlihat dalam lafadz لتبين
للنَّاس ما نزل إليهم (agar menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka). Hal ini selain dimaksudkan agar siswa mudah menerima materi
baru karena masih ada hubungan dengan materi yang mereka terima sebelumnya,
juga dapat meningkatkan kefektifitasan pembelajaran. Siswa akan lebih
bersemangat menerima materi baru.
Selain tujuan diatas, penggunaan suatu media juga harus mampu memberikan
image (sudut pandang) yang baik bagi para siswanya. Sehingga setelah selesai
kegiatan belajar mengajar, para siswa memiliki keinginan untuk memikirkan
kembali materi yang ia pelajari di kelas. Serta mereka berkeinginan untuk
memikirkan segala sesuatu mengenai materi tersebut. Termasuk dalam
pengaplikasiannya. Hal ini terlihat dari kata ولعلهم
يتفكرون yang
terdapat pada akhir ayat diatas. Yakni Allah menggunakan Al Qur’an sebagai
media dalam menyampaikan sesuatu yang sudah pernah diterima oleh manusia agar
mereka berpikir.
·
Nilai-nilai Pendidikan
a) Urusan yang berhubungan dengan agama haruslah ditanyakan kepada orang
yang benar-benar mengetahuinya dan tidak kepada setiap orang yang memiliki
sedikit pengetahuan mengenainya.
b) Para Nabi agung memiliki kitab dan mukjizat agar masyarakat tidak
bingung dalam memilah mana yang benar dan batil.
c) Risalah dan tugas Nabi Muhammad SAW adalah menjelaskan Al-Qur’an dan
kewajiban masyarakat adalah menerima dan memikirkannya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat
disimpilkan: tentang metode pendidikan akhlak, dalam QS An-nahl:125-128 dan
surat ibrohim 24-25, yaitu menyuruh kita sebagai umat nabi Muhammad SAW untuk
selalu menyuruh manusia dengah cara yang baik, baik itu dalam bentuk berdebat
dalam agama, memberikan peringatan kepada orang yang melanggar syari’at islam,
maka kita sebagai umat islam harus memberikan penjelasan yang baik dan sabar.
dan bukan dengan cara kekerasan semata. Selain itu bagaimana Allah memberikan perumpamaan mengenai
kalimat yang baik seperti pohon yang baik. Kalimat yang baik adalah kalimat
Tauhid, kalimat orang Islam dan kalimat menyeru dalam Al-qur’an. Dan pohon yang
baik itu adalah pohon kurma.
Dalam dunia pendidikan, seorang guru yang hendak mengajarkan suatu materi
kepada muridnya dituntut menggunakan media sebagai pembantu sampainya materi
tersebut. Media yang dipergunakan tidak harus berupa media yang mahal,
melainkan media yang benar-benar efisien dan mampu manjadi alat penghubung
antara seorang guru dengan murid agar materi yang diajarkan dapat diterima dan
dipahami secara maksiman dan mudah dipahami oleh seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Musthafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghi Jilid 6, Cetakan Ke-2,
PT. Karya Jalaluddin As Syuyuthi,
Jalaluddin
Muhammad Ibnu Ahmad Al Mahally, Tafsir Jalalain, versi 2.0 oleh Dani
Hidayat dalam myface-online.blogspot.com
Tafsir Ibnu Katsir
Toha Putra
Semarang : Semarang, 1993, hal. 149.
Komentar
Posting Komentar