makalah hipotesis penelitian
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur selalu terucap kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kamu kesehatan
sehingga mampu menyelesaikan kewajiban kami. Tak lupa pula shalawat dan salam
kepada junjungan alam penerang umat muslim Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa umat dari kehidupan jahiliyah menuju kehidupan yang berilmu.
Alhamdulillah,
pada kesempatan ini kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kami pada
mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan yang berjudul HIPOTSIS. Tak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah yang
telah memberi arahan dalam proses penyusunan makalah.
Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini sangat banyak sekali kekurangan, oleh karena itu kami
menerima saran dan kritikan yang mendukung dan memotivasi dari pembaca.
September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar........................................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
A. Pengertian Hipotesis........................................................................................................ 3
B. Jenis-jenis Hipotesis......................................................................................................... 5
C. Karakteristik Hipotesis Yang Baik.................................................................................. 7
D. Perumusan Hipotesis........................................................................................................ 9
E. Pengujian Hipotesis......................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam
kehidupan. Dengan dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian
maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian
penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang
sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian
kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian
kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di
antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori.
Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan
permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat
dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar. Ketiga, hipotesis adalah alat
yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat
keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk
menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat
peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis
dengan baik terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam
menyusun hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti
harus mengacu pada criteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis
hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa
menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui
bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin
terjadi dalam pengujian hipotesis.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Hipotesis?
2. Apa
Jenis-Jenis Hipotesis?
3. Bagaimana
Karakteristik Hipotesis Yang Baik?
4. Bagaimana
Merumuskan Hipotesis?
5. Bagaimana
pengujian atau menguji hipotesis?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
Mengetahui Dan Memahami Apa Yang Dimaksud Dengan Hipotesis.
2. Untuk
Mengetahui Dan Memahami Apa Saja Jenis-Jenis Hipotesis.
3. Untuk
Mengetahui Dan Memahami Seperti Apa Karakteristik Hipotesis Yang Baik Dalam
Penelitian.
4. Untuk
Mengetahui Dan Memahami Bagaimana Merumuskan Hipotesis Dengan Benar.
5. Untuk
Mengetahui Bagaimana Langkah Untuk Melakukan Pengujian Hipotesis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo
(belum tentu benar) dan tesis (kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau
kesimpulan yang ditentukan dari sebuah penelitian yang belum tentu kebenarannya,
dan baru akan menjadi benar jika sudah disertai dengan bukti-bukti.
Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut
sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang diperkirankan
secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian. Dalam hal ini hipotesis sangat berkaitan dengan
perumusan masalah, karena perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian
yang harus dijawab pada hipotesis, dan dalam menjawab rumusan masalah dalam
hipotesis haruslah berdasar pada teori dan empiris.[1]
2. Menurut
Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir deduktif dalam
rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari kesimpulan umum berupa
premis-premis. Adapun kebenaran logika deduktif menganut asas koherensi.
Artinya, mengingat bahwa premis-premis itu merupakan sumber informasi yang
tidak perlu diuji lagi kebenaran ilmiahnya, maka dengan sendirinya hipotesis
sebagai kesimpulan dari premis-premis itu mempunyai kepastian kebenaran pula.[2]
3. Fraenkel
dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan prediksi mengenai
kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
4. Dalam
Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang
sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Hipotesis belum tentu benar. Benar atau tidaknya suatu hipotesis tergantung
pengujian dari dara empiris.
5. Suharsimi
Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai alternatif dugaan
jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam
penelitiannya.
Hipotesis
merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai terbukti
melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan
penelitian dengan seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia perlu menguji,
ini disebut hipotesis.
Secara garis
besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:[3]
1.
Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian
dan kerja penelitian.
2.
Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan
antar fakta yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3.
Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang
bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting yang
menyeluruh.
4.
Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan
fakta.
B.
Jenis-jenis
Hipotesis
Adapun
jenis-jenis hipotesis, yaitu :[4]
1. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis penelitian adalah hipotesis
yang mengandung pernyataan mengenai hubungan atau pengaruh, baik secara positif
atau secara negatif antara dua variable atau lebih sesuai dengan teori. Jenis
hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat
variabel yang akan diuji.
Dilihat
dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan (2) hipotesis tentang
perbedaan.
Hipotesis
tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara
dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional. Hubungan antara
variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(a). hubungan yang sifatnya sejajar
tidak timbal balik.
(b). hubungan yang sifatnya sejajar
timbal balik.
(c). hubungan yang menunjuk pada sebab akibat
tetapi tidak timbal balik.
Sedangkan
hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam
variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini
mendasari berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.
2. Hipotesis
dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)
Menurut
Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi
menjadi dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null hypotheses) yang biasa disingkat
dengan Ho, dan (2) hipotesis alternative (alternative hypotheses)
yang biasa disingkat dengan Ha.
Hipotesis
nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Sedangkan
hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada
hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis
alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses (hipotesis terarah) dan
non directional hipotheses (hipotesis tak terarah). (Frankel dan Wallen, 1990:
42; Suharsimi Arikunto, 1989 :57)
Hipotesis
terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti,
di mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel
independent memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependent.
Misalnya : siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi
belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode
curah pendapat (diskusi).
Hipotesis
tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan dan
dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independent
berpengaruh terhadap variabel dependent. Frankel dan Wallen (1990: 42)
menyatakan bahwa hipotesis tak terarah menggambarkan bahwa peneliti tidak
menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan
dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode mengajar inkuiri
dan curah pendapat terhadap prestasi belajar siswa.
3. Jenis
hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau
dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan
hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh
variabel dan seluruh subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor adalah
hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor
(jabaran dari hipotesis mayor).
Contoh
hipotesis mayor :
Ada
hubungan antara keadaan social ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
Contoh
hipotesis minor :
1. Ada
hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
2. Ada
hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA,
3. Ada
hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
C.
Karakteristik
Hipotesis Yang Baik
Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang
mengatakan bahwa, sebenarnya nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat
diukur sebelum dilakukan pengujian empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam
merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”. Ada
beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik.
Cirri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary,
(Arief Furchan, 1982: 126-129 dan Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya:
a. Hipotesis
harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang
mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau diterangkan.
b. Hipotesis
harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel. Suatu
hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel atau lebih.
c. Hipotesis
harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat testability, artinya terdapat kemampuan
untuk diuji.
d. Hipotesis
hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya
tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang sebelumnya sudah mapan.
e. Hipotesis
hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.
Sedangkan menurut John W. best (1977)
dalam Yatim Riyanto (1996: 16) bahwa ciri-ciri hipotesis yang baik, yaitu:
a. Bisa
diterima oleh akal sehat.
b. Konsisten
dengan teori atau fakta yang telah diketahui.
c. Rumusannya
dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
d. Dinyatakan
dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
Adapun menurut Borg dan Gall (1979:
61-62) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) dan Suharsimi Arikunto (1995: 64-65)
mengatakan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi empat criteria, yaitu:
a. Hipotesis
hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
b. Hipotesis
yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritis dan
hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan jawaban atau dugaan
yang harus diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan
terbukti atau tidak, namun peneliti tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan
alternatif dugaan tersebut harus dilakukan secara professional ilmiah yang
disertai dengan argumentasi yang kokoh.
c. Hipotesis
harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar mampu
mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.
d. Rumusan
hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini hipotesis tidak
boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang bermakna. Hipotesis
merupakan pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat dengan
cepat dan mudah dipahami maka sudah selayaknya kalau rumusannya singkat dan
padat.[5]
Pendapat
lain mengatakan bahwa cirri-ciri hipotesis yang baik, yaitu :[6]
a. Hipotesis
harus menyatakan hubungan.
b. Hipotesis
harus sesuai dengan fakta.
c. Hipotesis
harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh kembangnya ilmu
pengetahuan.
d. Hipotesis
harus dapat diuji.
e. Hipotesis
harus sederhana.
f. Hipotesis
harus bias menerangkan fakta.
D.
Perumusan
Hipotesis
Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan.
Ketetapan ramalan itu tentu tergantung pada penguasaan peneliti itu atas
ketetapan landasan teoritis dan generalisasi yang telah dibacakan pada
sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah pustaka.[7]
Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni
tersendiri. peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan sehingga
hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam menggali hipotesis,
peneliti harus:
a. Mempunyai
banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan cara banyak
membaca literature-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan.
b. Mempunyai
kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek, serta
hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam masalah yang sedang diselidiki.
c. Mempunyai
kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuai
dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Perumusn hipotesis yang baik dan tepat
setidaknya menurut indrianto dan supomo ( 2002: 77) antara lain dengan mempertimbangkan
criteria kreteria tertentu sebagai acuannya dan penjelasan sebagai berikut :
a. Berupa
pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian
Tujuan penekitian
adalah memecahkan masalah atau utuk menjawab pernyataan penelitian hipotesis
dalam penelitian kuantitaf, merupakan jawaban rasiional yang deduksi dari
konsef konsef dan teori teori yang sudah ada
b. Berupa
perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara empiris.
Tujujan penelitian (
penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan hipotesis maka akar dapatt diuji
, hiotesis harus menyatakan secara jelas pariabel variabal yang di teliti atau
berupa duaaamn tettentu pada hubungan antar dua variable
c. Berupa
pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika
dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori kemungkinan saling
bertentangan satu sama lain, atau terdapat teori yang satu lebih kuat dengan
teori lainnya. Hipotesis yang dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai
dukungan landasan teoritis lebih kuat, dari pada alternatif. Dapat terjadi
hipotesis lainnya kemungkinan dikembangakan melalui teori tgeori yang lainnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa, cara orang
merumuskan hipotesis itu tidak ada aturan umumnya. Namun, dapat dikemukakan
saran-saran sebagai berikut:[8]
a. Hipotesis
hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
b. Hipotesis
hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis
hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
d. Hipotesis
hendaklah dapat diuji.
E. Pengujian
Hipotesis
Sebagaimana dikemukakan oleh Donald Ary et al (dalam Arief Furchan, 1982: 133)
dan Yatim Riyanto (1996: 16-17) bahwa untuk menguji hipotesis, peneliti perlu:[9]
a. Menarik
simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis itu benar.
b. Memilih
metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimentasi, atau
prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat itu benar
atau tidak.
c. Mengumpulkan
data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung
oleh data atau tidak.
Pengujian ini
bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis.
Pengujian hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi
yang tepat dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang
merupakan bagian dari populasi. Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi
peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu populasi yang didukung dengan
landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya yaitu
membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan oleh
peneliti tersebut.
Suatu uji
hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti
memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak
karena perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu
kebetulan namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan dapat pula
karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima sebagai
hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis nol
(H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka
yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu
H0 = ditolak, dan Ha = diterima.
Dan suatu
hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil
kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima
hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses
pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu
mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti
sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang
ada.
Untuk itu,
sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam merumuskan
hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan seadanya saat
hipotesis tidak terbukti atau mengganti hipotesis seandainya melihat
tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis
(pada saat penelitian berlangsung).[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu
penelitian, yang di mana jawaban tersebut masih memerlukan pembuktian yang
empiris. Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk
hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta yang ada dan terjadi di
lapangan.
Jenis-jenis
hipotesis:
a. Hipotesis
dilihat dari kategori rumusannya.
b. Hipotesis
dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.
c. Hipotesis
dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.
Dalam merumuskan hipotesis tentunya
peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik hipotesis yang
baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar. Dalam hal ini sudah
dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik dan benar,
yang tentunya mempunyai tahapan-tahapan.
Setelah merumuskan hipotesis ada yang
disebut dengan pengujian hipotesis, pengujian hipotesis bertujuan untuk
menentukan apakah hipotesis yang diteliti terbukti kebenarannya atau tidak, atau
hipotesisnya diterima atau tidak.
B. Saran
Manusia
adalah tempatnya salah dan lupa, oleh karena itu penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis
menerima kritikan dan saran yang membangun untuk kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Juliansyah
Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta:
Kharisma Putra Utama, 2013).
Elvinaro
Ardianto, Metodologi Penelitian untuk
Publik Relations (Bandung: Simbiosa Retakama Media, 2011) .
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) .
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2009).
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Raja
Grafindo, 2006)
[1] Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kharisma
Putra Utama, 2013) h. 79
[2] Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Publik Relations
(Bandung: Simbiosa Retakama Media, 2011) h. 21
[3] Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) h. 151
[4] Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009) h. 163-165
[5] Ibid, 165-166
[6] Ibid, Metodologi Penelitian.
h. 152
[7] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h.
68
[8] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali
Pers, 2014) h. 22
[10] Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan
Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo, 2006)
thanks
BalasHapussama-sama
Hapusthanks. samgat membantu
BalasHapusalhamdulillah
HapusMakasih banyak kak :)
BalasHapussama-sama
Hapus