masalah beragama pada masa usia lanjut

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Proses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara fisiologis semakin lama menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya usia maka jaringan-jaringan sel menjadi tua, sebagian regenarsi dan sebagian lagi akan mati. Usia lanjut ini, biasanya dimulai pada usia 65 tahun. Pada usia lanjut ini, biasanya akan menghadapi berbagai persoalan. Persoalan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga lagi (Hurlock:1996).
 Masalah utama yang dihadapi manusia usia lanjut antara (70-79) menunjukkan 75 persen dari mereka yang dijadikan responden menyatakan puas dengan statuts mereka sudah menginjak masa bebas tugas. Sebagian besar mereka menunjukkan aktivitas yang positif dan tidak merasa berada dalam keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam kondisi keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam kondisi uzur serta mengalami gangguan kesehatan mental (Rita Atkinson, 1983:99). Namun, umunya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan keputusasaan. Karena itu cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, termasuk sosial keagamaan.

B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana persoalan yang dihadapi masa usia lanjut?
2.    Bagaimana ciri fisik pada masa usia lanjut?
3.    Bagaimana ciri sikap beragama masa usia lanjut?
4.    Bagaimana perlakuan usia lanjut meneurut islam?


C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui persoalan yang dihadapi masa usia lanjut
2.      Mengetahui ciri fisik masa usia lanjut
3.      Mengetahui ciri sikap beragama masa usia lanjut
4.      Mengetahui perlakuan terhadap usia lanjut menurut islam


















BAB II
PEMBAHASAN
KEADAAN BERAGAMA MASA DEWASA DAN USIA LANJUT
A.    PERSOALAN MASA USIA LANJUT
Proses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara fisiologis semakin lama menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya usia maka jaringan-jaringan sel menjadi tua, sebagian regenarsi dan sebagian lagi akan mati. Usia lanjut ini, biasanya dimulai pada usia 65 tahun. Pada usia lanjut ini, biasanya akan menghadapi berbagai persoalan. Persoalan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga lagi (Hurlock:1996).[1] Masalah utama yang dihadapi manusia usia lanjut antara (70-79) menunjukkan 75 persen dari mereka yang dijadikan responden menyatakan puas dengan statuts mereka sudah menginjak masa bebas tugas. Sebagian besar mereka menunjukkan aktivitas yang positif dan tidak merasa berada dalam keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam kondisi keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam kondisi uzur serta mengalami gangguan kesehatan mental (Rita Atkinson, 1983:99). Namun, umunya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan keputusasaan. Karena itu cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, termasuk sosial keagamaan.
Adapun persoalan-persoalan yang dihadapi pada masa usia lanjut adalah[2], sebagai berikut:
1.      Ciri-ciri kejiwaan yang biasa terjadi pada para usia lanjut, antara lain;
a.       Memerlukan waktu yang lama dalam belajar dan sulit mengintegrasikan jawaban atas pertanyaan.
b.      Terjadi penurunan kecepatan dalam berfikir dan lambat dalam menarik kesimpulan.
c.       Peneurunan kapasitas berfikir kreatif.
d.      Cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang baru saja dipelajari maupun yang telah lalu.
e.       Berkurangnya rasa humor.
f.       Menurunnya perbendaharaan kata, karena lebih konstan mereka menggunakan kata-kata yang pernah dipelajari pada masa anak-anak dan remaja.
g.      Kekerasan mental meningkat dan tidak mampu mengontrol diri (egois).
h.      Merasa dirinya tidak berharga atau kurang berharga.

2.      Ciri-ciri fisik para usia lanjut antara lain, sebagai berikut:
a.       Penampilan
v Daerah kepala: hidung menjulur lemas, bentuk mulut berubah akibat hilangnya gigi, mata pudar, dagu berlipat, pipi berkerut, kulit kering, rambut menipis dan berubah.
v Daerah tubuh: bahu membengkuk dan tampak mengecil, perut membesar dan buncit, pinggul mengendor, dan garis pinggang melebar.
v Daerah persendian: pangkal tangan dan kaki menegndor, tangan menjadi kurus, kuku kaki dan tangan menebal.
b.      Indrawi
v Penurunan kemampuan melihat objek dan sensitivisme terhadap warna berkurang.
v Cenderung kehilangan kemampuan mendengar nada-nada tinggi.
v Berkurangnya kemampuan indra perasa karena berhentinya saraf-saraf di daerah lidah.
v Berkurangnya sensitivisme terhadap rasa sakit.

c.       Kemampuan motorik
v Kekuatan, memerlukan waktu lebih lama untuk pulih dari kelelahan.
v Kecepatan, menginjak usia 40 tahun manusia sudah mulai penurunan dalam kecepatan bergerak.
v Belajar keterampilan baru, pada usia lanjut lebih berkeyakinan bahwa belajar keterampilan lebih menguntungkan  walaupun mereka mengalami kesulitan dalam belajar.
v Cenderung cengeng dan kagok karena kerusakan dalam sel-sel motoriknya.

3.      Penyakit-penyakit yang dihadapi pada usia lanjut adalah[3]:
a.       Kencing manis (Diabetes Melitus)
Tipe I: IDDM (Insulin dependent Diabetes melitus)
Cirinya :
-    Banyak menyerang orang muda
-    Disebabkan penghacuran total sel-sel beta pankreas
-    Sangat mutlak tergantung pada terapi insulin
Tipe II : NIDDM (Non insulin dependent diabetes melitus)
Cirinya:
-    Paling banyak menyerang orang tua
-    Sel beta pankreas tidak dirusak tidak cukup memproduksi insulin
-    Sehingga hati, otot serta sel lemak tidak beraksi secara wajar
Gejala DM adalah: polipagia, poliuria, polidipsia diikuti tubuh yang cepat lelah, kurang tenaga,badan kurus, gatal-gatal, kesemutan dan luka yang sukar sembuh.
b.      Osteoporosis
Pada wanita, kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan kehilangan masa tulang dampak terahdap metabolisme kalsium akhirnya membuat tulang patah.
Pada pria, karena defisiensi testosteron, alkohol, pengguanan kortikosteroid, dan faktor penuaan.
c.       Dementia type Alzheimer
Dipengaruhi oleh hormon juga, pada wanita estrogen dapat meningkatkan produk zat dan aktifitas neototransmeter, penurunan testoteron pad alaki-laki akan berpengaruh penuruna fungsi memori dan fungsi kognitif. Kondisi yang sangat berat akan menyebankan terjadinya penimbunan protein almiloid di darah otak sehingga terjadi sindroma alzhaimer.
Gejala-gejalanya meliputi tiga gejala yang ringan sampai berat, adapun tanda-tandanya antara lain:
v Gangguan memori yang mempengaruhi keterampilan pekerjaan (lupa)
v Kesulitan melakukan tuga yang biasa dilakukan.
v Kesulitan bicara dan berbahasa.
v Disorientasi waktu, tempat dan orang (keliru).
v Kesulitan mengambil keputusan yang tepat.
v Kesulitan berpikir abstrak.
v Salah meletakkan barang.
v Perubahan mood dan perilaku (menjadi agresif, cepat marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi.
v Perubahan kepribadian.
v Hilangnya minat dan inisiatif.
d.      Penyakit Jantung
Macam-macam penyakit jantung yang dijumpai pada lanjut usia, antara lain:
v Penyakit jantung koroner
v Serangan jantung
v Penyakit janatung hipertensi


4.      Masalah Sosial yang dihadapi pada lanjut usia, adalah sebagai berikut:
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan lansia. Misalnya badan menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaliknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna setta merengek-rengek dan menagis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahn di atas pada umumnya lanjut usia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sabak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (peduli) dengan penuh kesabaran penegorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga, sanak saudara kareana hidup membujang atau punya pasanagn hidup namun tidak dikarunia oleh anak dan pasangan yang sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

5.      Masalah Psikologi pada lanjut usia, antara lain:
a.       Depresi
Depresi merupakan gangguan terpenting pada lansia. Usia bukan meruapakan faktor untuk mrnjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia yang membuat mereka depresi. Penyebabnya adalah karena adanya faktor-faktor psikologik, sosial dan biologik.
v Psikologik: kurang percaya diri, kurang bergaul, kurang akrab dan konflik yang tiada terselesaikan.
v Sosial: kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi sosial.
v Bilogik; sel saraf  yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis (hipertensi, DM, troke).
b.      Skizofrenia
Penyakit ini biasanya dimulai pada masa remaja akhir atau dewasa muda dan menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat dibanding laki-laki.
c.       Gangguan kecemasan
Gangguan ini merupakan gangguan panik, fobia, gangguan obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, ganggaun stres pasca traumatik. Tanda dan gejala fobia pada lanjut usia kurang serius dari pada dewasa muda, getapi efeknya sama, jika tidak lebih menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori eksestensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang sering terjadi pada lanjut usia adalah tentang kematiannya. Orang mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas ­(“Erik Erikson”)
Gangguan stres lebih sering pada lanjut usia terutama jenis stres pasca traumatik karena pada lanjut usia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan secara individu tergantung baeartnya dan dapat diberikan obat anti anxieta seperti hydroxyzine, buspirone.
d.      Gangguan Penggunaan Alkohol dan Zat lain.
e.       Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lanjut usia dari pada usia dewasa muda adalah:
v  Gangguan tidur
v  Ngantuk siang hari
v  Tidur sejenak di siang hari dan Pemakian obat hipnotik

B.     CIRI SIKAP BERAGAMA MASA USIA LANJUT
Proses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara biologis semakin lama semakin berkembang dan akhirnya menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya usia, maka jaringan-jaringan dan sel-sel menjadi tua, sebagian regenerasi dan sebagian yang lain akan mati. Usia lanjut ini biasanya dimulai pada usia sekitar 65 tahun. Pada usia ini biasanya mengalami berbagai persoalan. Persoalan pertama adalah penurunan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia ini merasa dirinya sudah tidak berharga lagi atau tidak ada nilai gunanya.
Proses penuaan biasanya disebut juga senescene yang artinya tumbuh menjadi tua. Pada masa lansia ini Zakkiah Dradjat mengatakan bahwa masa ini mempunyai kebutuhan-kebutuhan yaitu sbb:
1.    Kebutuhan primer yaitu kebutuhan jasmaniah : makan, minum, seks dan sebagainya, kebutuhan ini didapat secarah fitrah tanpa dipelajari
2.    Kebutuhan sekunder atau kebutuhan rohania, jiwa dan social. Kebutuhan ini hanya terdapat pada manusia dan sudah dirasakan sejak manusia masih kecil.
Pada masa lansia sesuai dengan penurunan kemampuan dari segi fisik dan psikis, maka kehidupan keagamaan pada usia lanjut ini menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat: dari sebuah penelitian dengan sampel 1200 orang berusia antara 60-100 tahun menunjukkan bahwa ada kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan dan semakin meningkat.
Menurut William James, usia keagamaan yang luar biasa tampaknya justru terdapat pada masa usia lanjut, ketika gejolak kehidupan social sudah berakhir (Robert H. Tholuess. 1979:107). Pendapat tersebut sejalan dengan realitas yang ada dalam kehidupan lansia yang semakin tekun beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Dapat juga disebut sebagai contoh kecendrunganpengikut berbagai kegiatan keagamaan, misalnya pengajian, tarekat dan lainnya. Usia ini paling tidak ditandai dengan pada wanita menopause. Dalam kehidupan yang sama dengan pria biasanya sesungguhnya produksi sperma masih ada, namun kekuatan fisik yang sulit dipertahankan. Untuk itulah biasanya pada pria  sering terkena penyakit prostat.
Pada penelitian lain terungkap bahwa yang menentukan sikap keagamaan pada usia lanjut diantaranya adalah depersonalisasi. Kecenderungan kehilangan identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepat datangnya kematian, merupakan salah satu factor yang menentukan berbagai sikap keagamaan di usia lanjut (M. Argyle dan elle A. Cohen)
Secara garis besarnya ciri-ciri keagamaan di usia lanjut ini adalah :
1.    Kehidupan keagamaan sudah mencapai kemantapan
2.    Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan
3.    Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan di akhirat secara lebih sungguh-sungguh
4.    Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat  luhur
5.    Timbul rasa takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
6.    Perasaan takut kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi di akhirat (sururin, 2004:90)
Situasi keagamaan pada lansia ialah adanya semangat mencari kebenaran, keimanan, rasa ketuhanan, dan cara-cara terbaik untuk berhubungan dengan manusia dan alam sekitar. Ia selalu menguji keimanannya melalui pengalaman-pengalaman sehingga menimbulkan keyakinan yang lebih tepat. Ibadahnya selalu dievaluasi dan ditingkatkan agar mendapatkan kenikmatan penghayatan terhadap tuhan walaupun dari segi pelaksanaan sudah mengalami rasa kesulitan karena keadaan fisik dan psikis sudah berkurang, hal ini dimiliki oleh para lansia yang proses pemikirannya belum mengalami kerusakan, berbeda dengan lansia yang lebih dahulu mengalami pengurangan proses berpikirnya[4].
a.    Proses Pemantapan Nilai-Nilai Agama pada Masa Usia Lanjut
Dalam perkembangan jiwa seseorang pengalaman, kehidupan beragama sedikit demi sedikit akan semakin mantap sebagai suatu unit yang otonom dalam keprbadian. Unit itu merupakan suatu organisasi yang disebut kesadaran beragama sebagai hasil peranan atau fungsi kejiwaan terutama motivasi, emosi dan intelegensi (Abdul Aziz ahyadi, 1991:49). Berarti motivasi berfungsi sebagai daya penggerak untuk mengarahkan kehidupan mental. Emosi berfungsi untuk melandasi dan mewarnai, sementara intelgensi berfungsi untuk mengorganisasikan dean mempolakannya. Dengan demikian kesadaran beragama itu tidak muncul begitu saja, namun ia muncul melalui proses dan masa yang cukup panjang, kematangan beragama biasanya muncul seiring kematangan kepribadian serta keyakinan dan kesadaran yang mendalam terhadap ajaran agama.
Selanjutnya dikatakan bahwa kesadaran agama yang mantap adalah bila satu diposisi dinamis dari sitem mental yang terbentuk melalui pengalaman serta diolah dalam kepribadian untuk mengadakan tanggapan yang tepat, konsepsi pandangan hidup, penyesuaian diri dan bertingkah laku (abdul Aziz Ahyadi, 1991:50).
Dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang dimiliki oleh lansia yang sudah mengalami penurunan dari segi kemampuan fisik dan psikis dengan situasi keagamaan yang dimilki bila dihubungkan semestinya akan terciptalah kemantapan nilai-nilai keagamaan pada masa kini, berarti pemantapan nilai-nilai pada masa lansia ini cukup dengan mengingatkan kembali, memberikan arahan, mengajak, memberikan fasiltas dengan penuh rasa kasih saying dan cara yang baik untuk mengingatkan mereka itu kepada kehidupan yang tak akan lama lagi akan ditemuinya, tentunya mereka akan mudah menerima kebenaran nilai-nilai keagamaan semakin meningkat dan mantap.

C.    PERLAKUAN TERHADAP USIA LANJUT MENURUT ISLAM
Agama islam adalah gama yang sempurna, segala sesuatunya diatur secara sistematis sehingga tidak memberatkan umat manusia[5]. Islam juga mengatur bagaimana sebaiknya memperlakukan para usia lanjut, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Israa’ ayat 23 yang artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya anatu kedua-keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-sekali janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.(QS.al-Israa’:23)

Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa Islam menganjurkan kita memperlakukan orang tua (terutama yang sudah berusia lanjut) lebih teleti dan telaten. Perlakuan terhadap orang tua yang sudah berusia lanjut dibebankan kepada anak-anak mereka, bukan kepada badan atau panti jompo seperti yang diterapkan di Barat.

Dalam ayat 24 juga, Allah berfirman.
Artinya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”(QS.al-Israa’:24)

Ayat di atas memberi anjuran kepada kita agar anak memberi perlakuan khusus dengan menghayati bagaiman kedua orang tua mengasihi anak mereka sewaktu kecil. Melalui penghayatan yang demikian manusia diingatkan pada kasih sayang dan susah payah kedua orang tuanya ketika memeliharanya diwaktu kecil. Dengan demikian diharapkan kasih sayang kepada kedua orang tua akan bertambah.
Dari penjelasan di atas tergambar bagaimana perlakuan kepada manusia usia lanjut menurut Islam. Manusia lanjut dipandang tak ubahnya seorang bayi yang memerlukan pemeliharaan dan perawatan serta perhatian khusus dengan penuh kasih sayang. Perlakuan yang demikian itu tidak dapat diwakilkan kepada siapapun, melainkan menjadi tanggung jawab anak-anak mereka. Perlakuan yang baik dan penuh kesabaran serta kasih sayang dinilai sebagai kebaktian. Sebaliknya perlakuan yang tercela dinilai sebagai kedurhakaan.
Kelemahan biologis yang ada pada masa lansia sangat mempengaruhi pada prilaku, tindakan, dan pemikiran. Pada kenyataanya sikap ketidakberdayaan seperti itu merupakan latar belakang sejarah umat manusia, karena manusia berbeda dengan hewan yaitu dilengkapi dengan kemampuan untuk berpikir dan dilengkapi dengan akal, sedangkan pada binatang hanya kemampuan insting menyebabkan hewan hanya memiliki proses adaptasi dengan lingkungan alamnya. Sebaliknya manusia mampu menggunakan apa yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya yaitu kelebihan berpikir menggunakan otaknya serta mempunyai akal.
Menurut ajaran islam perlakuan tehadap lansia ini dianjurkan seteliti dan sebaik mungkin. Perlakuan terhadap lansia ini dibebankan pada anak-anaknya. Perlakuan terhadap orang tua berawal dari rumah tangga (Keluarga).
Gejala psikologis yang ditampilkan manusia usia senja adalah berupa pernyataan-pernyataan dan kontraversial dan kritik terhadap hasil kerja generasi muda. Mereka seakan sulit untuk mengemukakan pujian terhadap sukses maupun prestasi yang telah dicapai oleh generasi muda di dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, kelompok usia ini sangat sulit hidup akur dan berdampingan dengan generasi muda. Ada semacam kecenderungan dalam diri mereka untuk senantiasa dipuji dan dibanggakan.
Lingkungan peradaban Barat, upaya untuk memberi perlakuan manisiawi terhadap manusia lanjut usia dilakukan dengan menempatkan mereka di panti jompo. Dipanti ini manusi usia lanjut mendapat perawatan yang intensif, dan sebaliknya dilingkungan keluarga umumnya karena kesibukkan, tak jarang anak-anak serta sanak keluarga tak berkesmpatan untuk memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan para manusia lanjut usia tersebut.
Manusia usia lanjut memiliki perbedaan sikap dengan mereka yang masih muda, anak atau cucu mereka. Perbedaan ini menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga, kondisi sepserti ini dianggap sebagai sesuatu yang menyulitkan, sedangkan di pihak keluarga menginginkan agar orang tua mereka terawat dengan baik. Maka jalan yang ditempuh adalaha menempatkan manusia usia lanjut di panti jompo sebagai tanda kasih sayang mereka kepada orang tuanya. Inilah perbedaan antara pandangan menurut lingkungan Islam dan lingkungan keluarga Barat.[6]











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masalah utama yang dihadapi manusia usia lanjut antara (70-79) menunjukkan 75 persen dari mereka yang dijadikan responden menyatakan puas dengan statuts mereka sudah menginjak masa bebas tugas. Sebagian besar mereka menunjukkan aktivitas yang positif dan tidak merasa berada dalam keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam kondisi keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam kondisi uzur serta mengalami gangguan kesehatan mental (Rita Atkinson, 1983:99). Namun, umunya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan keputusasaan. Karena itu cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, termasuk sosial keagamaan.
Adapun persoalan-persoalan yang dihadapi pada masa usia lanjut adalah[7], sebagai berikut:
1.    Ciri-ciri kejiwaan yang biasa terjadi pada para usia lanjut, antara lain;
a.       Memerlukan waktu yang lama dalam belajar dan sulit mengintegrasikan jawaban atas pertanyaan.
b.      Terjadi penurunan kecepatan dalam berfikir dan lambat dalam menarik kesimpulan.
c.       Peneurunan kapasitas berfikir kreatif.
d.      Cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang baru saja dipelajari maupun yang telah lalu.
e.       Berkurangnya rasa humor.
f.       Menurunnya perbendaharaan kata, karena lebih konstan mereka menggunakan kata-kata yang pernah dipelajari pada masa anak-anak dan remaja.
g.      Kekerasan mental meningkat dan tidak mampu mengontrol diri (egois).
h.      Merasa dirinya tidak berharga atau kurang berharga.
2.    Ciri-ciri fisik para usia lanjut antara lain, sebagai berikut:
a.    Penampilan
b.    Indrawi
c.    Kemampuan Motorik
3.    Penyakit-penyakit yang dihadapi masa usia lanjut, sebagai berikut:
a.     Kencing manis (Diabetes Melitus)
b.    Osteoporosis
c.     Dementia type Alzheimer
d.    Penyakit Jantung
4.    Masalah sosial yang dihadapi oleh masa usia lanjut
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan lansia. Misalnya badan menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaliknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna setta merengek-rengek dan menagis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
5.    Masalah psikologi yang dihadapi usia lanjut, antara lain:
a.    Depresi
b.    Skizofrenia
c.    Gangguan Delusi
d.   Gangguan kecemasan
e.    Gangguan Penggunaan Alkohol dan Zat lain.
f.     Gangguan Tidur

Secara garis besarnya ciri-ciri keagamaan di usia lanjut ini adalah :
a.     Kehidupan keagamaan sudah mencapai kemantapan
b.    Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan
c.     Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan di akhirat secara lebih sungguh-sungguh
d.    Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat  luhur
e.     Timbul rasa takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
f.     Perasaan takut kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi di akhirat (sururin, 2004:90)

B.     Saran
Sebagaimana pepatah Arab mengatakan “من طلب أخا بلا عيب، بقي بلا أخ” (Barang siapa mencari saudara atau sahabat yang tidak punya cela, maka selamanya dia tidak akan punya sahabat). Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh karenanya penulis sangatlah mengharapkan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.



[1] M.Taufik, Psikologi Agama, (IAIN MATARAM 2008) hlm. 42
[2]Baharuddin, psikologi agama dalam prespektif islam (Malang: Anggota IKAPI 2008). Hlm.156-158
[5] Ibid.hlm. 156-166
[6] Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 117-118

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah hipotesis penelitian

pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran

populasi dan sampel