masalah beragama pada masa usia lanjut
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses
perkembangan manusia setelah dilahirkan secara fisiologis semakin lama menjadi
lebih tua. Dengan bertambahnya usia maka jaringan-jaringan sel menjadi tua,
sebagian regenarsi dan sebagian lagi akan mati. Usia lanjut ini, biasanya
dimulai pada usia 65 tahun. Pada usia lanjut ini, biasanya akan menghadapi
berbagai persoalan. Persoalan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga
kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan
kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu,
mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga lagi
(Hurlock:1996).
Masalah utama yang dihadapi manusia usia
lanjut antara (70-79) menunjukkan 75 persen dari mereka yang dijadikan
responden menyatakan puas dengan statuts mereka sudah menginjak masa bebas
tugas. Sebagian besar mereka menunjukkan aktivitas yang positif dan tidak
merasa berada dalam keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam
kondisi keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam kondisi uzur
serta mengalami gangguan kesehatan mental (Rita Atkinson, 1983:99). Namun,
umunya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan keputusasaan.
Karena itu cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga umumnya mereka yang
berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para remaja yang aktif
dalam kegiatan-kegiatan sosial, termasuk sosial keagamaan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana persoalan yang dihadapi masa
usia lanjut?
2. Bagaimana ciri fisik pada masa usia
lanjut?
3. Bagaimana ciri sikap beragama masa usia
lanjut?
4. Bagaimana perlakuan usia lanjut meneurut
islam?
C.
Tujuan Masalah
1. Mengetahui persoalan yang dihadapi masa
usia lanjut
2. Mengetahui ciri fisik masa usia lanjut
3. Mengetahui ciri sikap beragama masa usia
lanjut
4.
Mengetahui
perlakuan terhadap usia lanjut menurut islam
BAB II
PEMBAHASAN
KEADAAN BERAGAMA MASA DEWASA DAN USIA LANJUT
A. PERSOALAN MASA USIA LANJUT
Proses
perkembangan manusia setelah dilahirkan secara fisiologis semakin lama menjadi
lebih tua. Dengan bertambahnya usia maka jaringan-jaringan sel menjadi tua,
sebagian regenarsi dan sebagian lagi akan mati. Usia lanjut ini, biasanya
dimulai pada usia 65 tahun. Pada usia lanjut ini, biasanya akan menghadapi
berbagai persoalan. Persoalan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga
kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan
kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu,
mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga lagi
(Hurlock:1996).[1] Masalah
utama yang dihadapi manusia usia lanjut antara (70-79) menunjukkan 75 persen
dari mereka yang dijadikan responden menyatakan puas dengan statuts mereka
sudah menginjak masa bebas tugas. Sebagian besar mereka menunjukkan aktivitas
yang positif dan tidak merasa berada dalam keterasingan dan hanya sedikit yang
sudah berada dalam kondisi keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada
dalam kondisi uzur serta mengalami gangguan kesehatan mental (Rita Atkinson,
1983:99). Namun, umunya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan
dan keputusasaan. Karena itu cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga
umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para
remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, termasuk sosial keagamaan.
Adapun
persoalan-persoalan yang dihadapi pada masa usia lanjut adalah[2],
sebagai berikut:
1.
Ciri-ciri kejiwaan yang biasa terjadi pada
para usia lanjut, antara lain;
a.
Memerlukan waktu yang lama dalam belajar dan
sulit mengintegrasikan jawaban atas pertanyaan.
b.
Terjadi penurunan kecepatan dalam berfikir
dan lambat dalam menarik kesimpulan.
c.
Peneurunan kapasitas berfikir kreatif.
d.
Cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang
baru saja dipelajari maupun yang telah lalu.
e.
Berkurangnya rasa humor.
f.
Menurunnya perbendaharaan kata, karena lebih
konstan mereka menggunakan kata-kata yang pernah dipelajari pada masa anak-anak
dan remaja.
g.
Kekerasan mental meningkat dan tidak mampu
mengontrol diri (egois).
h.
Merasa dirinya tidak berharga atau kurang
berharga.
2.
Ciri-ciri fisik para usia lanjut antara lain,
sebagai berikut:
a.
Penampilan
v
Daerah kepala: hidung menjulur lemas, bentuk
mulut berubah akibat hilangnya gigi, mata pudar, dagu berlipat, pipi berkerut,
kulit kering, rambut menipis dan berubah.
v
Daerah tubuh: bahu membengkuk dan tampak
mengecil, perut membesar dan buncit, pinggul mengendor, dan garis pinggang
melebar.
v
Daerah persendian: pangkal tangan dan kaki
menegndor, tangan menjadi kurus, kuku kaki dan tangan menebal.
b.
Indrawi
v
Penurunan kemampuan melihat objek dan
sensitivisme terhadap warna berkurang.
v
Cenderung kehilangan kemampuan mendengar
nada-nada tinggi.
v
Berkurangnya kemampuan indra perasa karena
berhentinya saraf-saraf di daerah lidah.
v
Berkurangnya sensitivisme terhadap rasa
sakit.
c.
Kemampuan motorik
v
Kekuatan, memerlukan waktu lebih lama untuk
pulih dari kelelahan.
v
Kecepatan, menginjak usia 40 tahun manusia
sudah mulai penurunan dalam kecepatan bergerak.
v
Belajar keterampilan baru, pada usia lanjut
lebih berkeyakinan bahwa belajar keterampilan lebih menguntungkan walaupun mereka mengalami kesulitan dalam
belajar.
v
Cenderung cengeng dan kagok karena kerusakan
dalam sel-sel motoriknya.
3.
Penyakit-penyakit yang dihadapi pada usia lanjut
adalah[3]:
a.
Kencing manis (Diabetes Melitus)
Tipe I: IDDM (Insulin dependent Diabetes
melitus)
Cirinya :
- Banyak menyerang orang muda
- Disebabkan penghacuran total sel-sel beta pankreas
- Sangat mutlak tergantung pada terapi insulin
Tipe II : NIDDM (Non insulin dependent diabetes melitus)
Cirinya:
- Paling banyak menyerang orang tua
- Sel beta pankreas tidak dirusak tidak cukup memproduksi insulin
- Sehingga hati, otot serta sel lemak tidak beraksi secara wajar
Gejala DM adalah: polipagia, poliuria, polidipsia diikuti tubuh yang cepat lelah, kurang tenaga,badan kurus, gatal-gatal, kesemutan dan luka yang sukar sembuh.
Cirinya :
- Banyak menyerang orang muda
- Disebabkan penghacuran total sel-sel beta pankreas
- Sangat mutlak tergantung pada terapi insulin
Tipe II : NIDDM (Non insulin dependent diabetes melitus)
Cirinya:
- Paling banyak menyerang orang tua
- Sel beta pankreas tidak dirusak tidak cukup memproduksi insulin
- Sehingga hati, otot serta sel lemak tidak beraksi secara wajar
Gejala DM adalah: polipagia, poliuria, polidipsia diikuti tubuh yang cepat lelah, kurang tenaga,badan kurus, gatal-gatal, kesemutan dan luka yang sukar sembuh.
b.
Osteoporosis
Pada wanita,
kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan kehilangan masa tulang dampak
terahdap metabolisme kalsium akhirnya membuat tulang patah.
Pada pria, karena defisiensi testosteron,
alkohol, pengguanan kortikosteroid, dan faktor penuaan.
c.
Dementia type Alzheimer
Dipengaruhi oleh
hormon juga, pada wanita estrogen dapat meningkatkan produk zat dan aktifitas
neototransmeter, penurunan testoteron pad alaki-laki akan berpengaruh penuruna
fungsi memori dan fungsi kognitif. Kondisi yang sangat berat akan menyebankan
terjadinya penimbunan protein almiloid di darah otak sehingga terjadi sindroma
alzhaimer.
Gejala-gejalanya
meliputi tiga gejala yang ringan sampai berat, adapun tanda-tandanya antara
lain:
v
Gangguan memori yang mempengaruhi
keterampilan pekerjaan (lupa)
v
Kesulitan melakukan tuga yang biasa
dilakukan.
v
Kesulitan bicara dan berbahasa.
v
Disorientasi waktu, tempat dan orang
(keliru).
v
Kesulitan mengambil keputusan yang tepat.
v
Kesulitan berpikir abstrak.
v
Salah meletakkan barang.
v
Perubahan mood dan perilaku (menjadi agresif,
cepat marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi.
v
Perubahan kepribadian.
v
Hilangnya minat dan inisiatif.
d.
Penyakit Jantung
Macam-macam penyakit jantung yang dijumpai pada lanjut usia, antara
lain:
v
Penyakit jantung koroner
v
Serangan jantung
v
Penyakit janatung hipertensi
4.
Masalah Sosial yang dihadapi pada lanjut
usia, adalah sebagai berikut:
Akibat berkurangnya
fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul
gangguan fungsional atau bahkan kecacatan lansia. Misalnya badan menjadi
bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaliknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan
terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang
terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna setta merengek-rengek dan menagis bila
ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi
berbagai permasalahn di atas pada umumnya lanjut usia yang memiliki keluarga
bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit, sabak saudara bahkan kerabat umumnya ikut
membantu memelihara (peduli) dengan penuh kesabaran penegorbanan. Namun bagi
mereka yang tidak punya keluarga, sanak saudara kareana hidup membujang atau
punya pasanagn hidup namun tidak dikarunia oleh anak dan pasangan yang sudah
meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi
terlantar.
5.
Masalah Psikologi pada lanjut usia, antara
lain:
a.
Depresi
Depresi merupakan
gangguan terpenting pada lansia. Usia bukan meruapakan faktor untuk mrnjadi
depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang
dihadapi lanjut usia yang membuat mereka depresi. Penyebabnya adalah karena
adanya faktor-faktor psikologik, sosial dan biologik.
v
Psikologik: kurang percaya diri, kurang
bergaul, kurang akrab dan konflik yang tiada terselesaikan.
v
Sosial: kurang interaksi sosial, kemiskinan,
kesedihan, kesepian, isolasi sosial.
v
Bilogik; sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis
(hipertensi, DM, troke).
b.
Skizofrenia
Penyakit ini
biasanya dimulai pada masa remaja akhir atau dewasa muda dan menetap seumur
hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat dibanding laki-laki.
c.
Gangguan kecemasan
Gangguan ini
merupakan gangguan panik, fobia, gangguan obsesif konfulsif, gangguan kecemasan
umum, gangguan stres akut, ganggaun stres pasca traumatik. Tanda dan gejala
fobia pada lanjut usia kurang serius dari pada dewasa muda, getapi efeknya
sama, jika tidak lebih menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori
eksestensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat
diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang
sering terjadi pada lanjut usia adalah tentang kematiannya. Orang mungkin
menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan
ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”)
Gangguan stres
lebih sering pada lanjut usia terutama jenis stres pasca traumatik karena pada
lanjut usia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan
secara individu tergantung baeartnya dan dapat diberikan obat anti anxieta
seperti hydroxyzine, buspirone.
d.
Gangguan Penggunaan Alkohol dan Zat lain.
e.
Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah
faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan peningkatan prevalensi
gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lanjut usia dari pada usia
dewasa muda adalah:
v
Gangguan tidur
v
Ngantuk siang hari
v
Tidur sejenak di siang hari dan Pemakian obat
hipnotik
B. CIRI SIKAP BERAGAMA MASA USIA LANJUT
Proses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara
biologis semakin lama semakin berkembang dan akhirnya menjadi lebih tua. Dengan
bertambahnya usia, maka jaringan-jaringan dan sel-sel menjadi tua, sebagian
regenerasi dan sebagian yang lain akan mati. Usia lanjut ini biasanya dimulai
pada usia sekitar 65 tahun. Pada usia ini biasanya mengalami berbagai
persoalan. Persoalan pertama adalah penurunan fisik hingga kekuatan fisik
berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang
menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang
berada dalam usia ini merasa dirinya sudah tidak berharga lagi atau tidak ada
nilai gunanya.
Proses penuaan biasanya disebut juga senescene
yang artinya tumbuh menjadi tua. Pada masa lansia ini Zakkiah Dradjat
mengatakan bahwa masa ini mempunyai kebutuhan-kebutuhan yaitu sbb:
1.
Kebutuhan primer yaitu kebutuhan jasmaniah
: makan, minum, seks dan sebagainya, kebutuhan ini didapat secarah fitrah tanpa
dipelajari
2.
Kebutuhan sekunder atau kebutuhan
rohania, jiwa dan social. Kebutuhan ini hanya terdapat pada manusia dan sudah
dirasakan sejak manusia masih kecil.
Pada masa lansia sesuai dengan penurunan kemampuan
dari segi fisik dan psikis, maka kehidupan keagamaan pada usia lanjut ini
menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat: dari sebuah
penelitian dengan sampel 1200 orang berusia antara 60-100 tahun menunjukkan
bahwa ada kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan dan semakin
meningkat.
Menurut William James, usia keagamaan yang luar biasa
tampaknya justru terdapat pada masa usia lanjut, ketika gejolak kehidupan
social sudah berakhir (Robert H. Tholuess. 1979:107). Pendapat tersebut sejalan
dengan realitas yang ada dalam kehidupan lansia yang semakin tekun beribadah.
Mereka sudah mulai mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Dapat juga
disebut sebagai contoh kecendrunganpengikut berbagai kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian, tarekat dan lainnya. Usia ini paling tidak ditandai dengan
pada wanita menopause. Dalam kehidupan yang sama dengan pria biasanya
sesungguhnya produksi sperma masih ada, namun kekuatan fisik yang sulit
dipertahankan. Untuk itulah biasanya pada pria sering terkena penyakit
prostat.
Pada penelitian lain terungkap bahwa yang menentukan
sikap keagamaan pada usia lanjut diantaranya adalah depersonalisasi.
Kecenderungan kehilangan identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepat datangnya
kematian, merupakan salah satu factor yang menentukan berbagai sikap keagamaan
di usia lanjut (M. Argyle dan elle A. Cohen)
Secara garis besarnya
ciri-ciri keagamaan di usia lanjut ini adalah :
1.
Kehidupan keagamaan sudah
mencapai kemantapan
2.
Meningkatnya kecenderungan untuk
menerima pendapat keagamaan
3.
Mulai muncul pengakuan terhadap
realitas tentang kehidupan di akhirat secara lebih sungguh-sungguh
4.
Sikap keagamaan cenderung
mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat
luhur
5.
Timbul rasa takut pada kematian
yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
6.
Perasaan takut kematian ini
berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap
adanya kehidupan abadi di akhirat (sururin, 2004:90)
Situasi keagamaan pada lansia ialah adanya semangat
mencari kebenaran, keimanan, rasa ketuhanan, dan cara-cara terbaik untuk
berhubungan dengan manusia dan alam sekitar. Ia selalu menguji keimanannya
melalui pengalaman-pengalaman sehingga menimbulkan keyakinan yang lebih tepat.
Ibadahnya selalu dievaluasi dan ditingkatkan agar mendapatkan kenikmatan
penghayatan terhadap tuhan walaupun dari segi pelaksanaan sudah mengalami rasa
kesulitan karena keadaan fisik dan psikis sudah berkurang, hal ini dimiliki
oleh para lansia yang proses pemikirannya
belum mengalami kerusakan, berbeda dengan lansia yang lebih dahulu mengalami
pengurangan proses berpikirnya[4].
a.
Proses Pemantapan Nilai-Nilai Agama pada Masa
Usia Lanjut
Dalam perkembangan jiwa seseorang pengalaman,
kehidupan beragama sedikit demi sedikit akan semakin mantap sebagai suatu unit
yang otonom dalam keprbadian. Unit itu merupakan suatu organisasi yang disebut
kesadaran beragama sebagai hasil peranan atau fungsi kejiwaan terutama
motivasi, emosi dan intelegensi (Abdul Aziz ahyadi, 1991:49). Berarti motivasi
berfungsi sebagai daya penggerak untuk mengarahkan kehidupan mental. Emosi
berfungsi untuk melandasi dan mewarnai, sementara intelgensi berfungsi untuk
mengorganisasikan dean mempolakannya. Dengan demikian kesadaran beragama itu
tidak muncul begitu saja, namun ia muncul melalui proses dan masa yang cukup
panjang, kematangan beragama biasanya muncul seiring kematangan kepribadian
serta keyakinan dan kesadaran yang mendalam terhadap ajaran agama.
Selanjutnya dikatakan bahwa kesadaran agama yang
mantap adalah bila satu diposisi dinamis dari sitem mental yang terbentuk
melalui pengalaman serta diolah dalam kepribadian untuk mengadakan tanggapan
yang tepat, konsepsi pandangan hidup, penyesuaian diri dan bertingkah laku (abdul
Aziz Ahyadi, 1991:50).
Dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang dimiliki
oleh lansia yang sudah mengalami penurunan dari segi kemampuan fisik dan psikis
dengan situasi keagamaan yang dimilki bila dihubungkan semestinya akan
terciptalah kemantapan nilai-nilai keagamaan pada masa kini, berarti pemantapan
nilai-nilai pada masa lansia ini cukup dengan mengingatkan kembali, memberikan
arahan, mengajak, memberikan fasiltas dengan penuh rasa kasih saying dan cara
yang baik untuk mengingatkan mereka itu kepada kehidupan yang tak akan lama
lagi akan ditemuinya, tentunya mereka akan mudah menerima kebenaran nilai-nilai
keagamaan semakin meningkat dan mantap.
C. PERLAKUAN TERHADAP USIA LANJUT MENURUT ISLAM
Agama islam adalah gama yang sempurna, segala
sesuatunya diatur secara sistematis sehingga tidak memberatkan umat manusia[5].
Islam juga mengatur bagaimana sebaiknya memperlakukan para usia lanjut, Allah
berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Israa’ ayat 23 yang artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya anatu
kedua-keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-sekali
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.(QS.al-Israa’:23)
Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa
Islam menganjurkan kita memperlakukan orang tua (terutama yang sudah berusia
lanjut) lebih teleti dan telaten. Perlakuan terhadap orang tua yang sudah
berusia lanjut dibebankan kepada anak-anak mereka, bukan kepada badan atau
panti jompo seperti yang diterapkan di Barat.
Dalam ayat 24 juga, Allah berfirman.
Artinya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”(QS.al-Israa’:24)
Ayat di atas memberi anjuran kepada kita agar
anak memberi perlakuan khusus dengan menghayati bagaiman kedua orang tua mengasihi
anak mereka sewaktu kecil. Melalui penghayatan yang demikian manusia diingatkan
pada kasih sayang dan susah payah kedua orang tuanya ketika memeliharanya
diwaktu kecil. Dengan demikian diharapkan kasih sayang kepada kedua orang tua
akan bertambah.
Dari penjelasan di atas tergambar bagaimana
perlakuan kepada manusia usia lanjut menurut Islam. Manusia lanjut dipandang
tak ubahnya seorang bayi yang memerlukan pemeliharaan dan perawatan serta
perhatian khusus dengan penuh kasih sayang. Perlakuan yang demikian itu tidak
dapat diwakilkan kepada siapapun, melainkan menjadi tanggung jawab anak-anak
mereka. Perlakuan yang baik dan penuh kesabaran serta kasih sayang dinilai
sebagai kebaktian. Sebaliknya perlakuan yang tercela dinilai sebagai
kedurhakaan.
Kelemahan biologis yang ada pada masa lansia sangat
mempengaruhi pada prilaku, tindakan, dan pemikiran. Pada kenyataanya sikap
ketidakberdayaan seperti itu merupakan latar belakang sejarah umat manusia,
karena manusia berbeda dengan hewan yaitu dilengkapi dengan kemampuan untuk
berpikir dan dilengkapi dengan akal, sedangkan pada binatang hanya kemampuan
insting menyebabkan hewan hanya memiliki proses adaptasi dengan lingkungan
alamnya. Sebaliknya manusia mampu menggunakan apa yang telah dikaruniakan oleh Allah
kepadanya yaitu kelebihan berpikir menggunakan otaknya serta mempunyai akal.
Menurut ajaran islam perlakuan tehadap lansia ini
dianjurkan seteliti dan sebaik mungkin. Perlakuan terhadap lansia ini
dibebankan pada anak-anaknya. Perlakuan terhadap orang tua berawal dari rumah
tangga (Keluarga).
Gejala psikologis yang ditampilkan manusia
usia senja adalah berupa pernyataan-pernyataan dan kontraversial dan kritik
terhadap hasil kerja generasi muda. Mereka seakan sulit untuk mengemukakan
pujian terhadap sukses maupun prestasi yang telah dicapai oleh generasi muda di
dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, kelompok usia ini sangat sulit hidup
akur dan berdampingan dengan generasi muda. Ada semacam kecenderungan dalam
diri mereka untuk senantiasa dipuji dan dibanggakan.
Lingkungan peradaban Barat, upaya untuk
memberi perlakuan manisiawi terhadap manusia lanjut usia dilakukan dengan
menempatkan mereka di panti jompo. Dipanti ini manusi usia lanjut mendapat
perawatan yang intensif, dan sebaliknya dilingkungan keluarga umumnya karena
kesibukkan, tak jarang anak-anak serta sanak keluarga tak berkesmpatan untuk
memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan para manusia lanjut usia
tersebut.
Manusia usia lanjut memiliki perbedaan sikap
dengan mereka yang masih muda, anak atau cucu mereka. Perbedaan ini menimbulkan
ketidakharmonisan dalam keluarga, kondisi sepserti ini dianggap sebagai sesuatu
yang menyulitkan, sedangkan di pihak keluarga menginginkan agar orang tua
mereka terawat dengan baik. Maka jalan yang ditempuh adalaha menempatkan
manusia usia lanjut di panti jompo sebagai tanda kasih sayang mereka kepada
orang tuanya. Inilah perbedaan antara pandangan menurut lingkungan Islam dan
lingkungan keluarga Barat.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah
utama yang dihadapi manusia usia lanjut antara (70-79) menunjukkan 75 persen
dari mereka yang dijadikan responden menyatakan puas dengan statuts mereka
sudah menginjak masa bebas tugas. Sebagian besar mereka menunjukkan aktivitas
yang positif dan tidak merasa berada dalam keterasingan dan hanya sedikit yang
sudah berada dalam kondisi keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada
dalam kondisi uzur serta mengalami gangguan kesehatan mental (Rita Atkinson,
1983:99). Namun, umunya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan
dan keputusasaan. Karena itu cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga
umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para
remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, termasuk sosial keagamaan.
Adapun
persoalan-persoalan yang dihadapi pada masa usia lanjut adalah[7],
sebagai berikut:
1.
Ciri-ciri kejiwaan yang biasa terjadi pada
para usia lanjut, antara lain;
a.
Memerlukan waktu yang lama dalam belajar dan
sulit mengintegrasikan jawaban atas pertanyaan.
b.
Terjadi penurunan kecepatan dalam berfikir
dan lambat dalam menarik kesimpulan.
c.
Peneurunan kapasitas berfikir kreatif.
d.
Cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang
baru saja dipelajari maupun yang telah lalu.
e.
Berkurangnya rasa humor.
f.
Menurunnya perbendaharaan kata, karena lebih
konstan mereka menggunakan kata-kata yang pernah dipelajari pada masa anak-anak
dan remaja.
g.
Kekerasan mental meningkat dan tidak mampu
mengontrol diri (egois).
h.
Merasa dirinya tidak berharga atau kurang
berharga.
2.
Ciri-ciri fisik para usia lanjut antara lain,
sebagai berikut:
a.
Penampilan
b.
Indrawi
c.
Kemampuan Motorik
3.
Penyakit-penyakit yang dihadapi masa usia
lanjut, sebagai berikut:
a.
Kencing manis (Diabetes Melitus)
b.
Osteoporosis
c.
Dementia type Alzheimer
d.
Penyakit Jantung
4.
Masalah sosial yang dihadapi oleh masa usia
lanjut
Akibat berkurangnya fungsi indera
pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan lansia. Misalnya badan menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya sehingga sering
menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaliknya dicegah dengan selalu mengajak
mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak
merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin
menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul
perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan
barang-barang tak berguna setta merengek-rengek dan menagis bila ketemu orang
lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
5.
Masalah psikologi yang dihadapi usia lanjut,
antara lain:
a.
Depresi
b.
Skizofrenia
c.
Gangguan Delusi
d.
Gangguan kecemasan
e.
Gangguan Penggunaan Alkohol dan Zat lain.
f.
Gangguan Tidur
Secara garis besarnya ciri-ciri keagamaan di usia
lanjut ini adalah :
a.
Kehidupan keagamaan sudah
mencapai kemantapan
b.
Meningkatnya kecenderungan untuk
menerima pendapat keagamaan
c.
Mulai muncul pengakuan terhadap
realitas tentang kehidupan di akhirat secara lebih sungguh-sungguh
d.
Sikap keagamaan cenderung
mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta
sifat-sifat luhur
e.
Timbul rasa takut pada kematian
yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
f.
Perasaan takut kematian ini
berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap
adanya kehidupan abadi di akhirat (sururin, 2004:90)
B.
Saran
Sebagaimana
pepatah Arab mengatakan “من طلب أخا بلا عيب، بقي
بلا أخ” (Barang siapa mencari saudara atau
sahabat yang tidak punya cela, maka selamanya dia tidak akan punya sahabat). Maka dengan segala kerendahan hati, penulis
menyadari bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh
karenanya penulis sangatlah mengharapkan kritik yang konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
[1] M.Taufik, Psikologi
Agama, (IAIN MATARAM 2008) hlm. 42
[2]Baharuddin,
psikologi agama dalam prespektif islam
(Malang: Anggota IKAPI 2008). Hlm.156-158
[3] http://yenitarosaria.blogspot.com/2012/01/masalah-masalah-pada-lanjut-usia.html/diundu/sabtu, 25 April 2015.
kasian saya....
BalasHapustida ada komentar satupun,,,,,
buat rame aja...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusijin copas sebagian ya min
BalasHapusBagus kak
BalasHapus