sejarah psikologi Pendidikan Agama Islam
MAKALAH
PSIKOLOGI PAI
(SEJARAH PSIKOLOGI AGAMA)
Disusun Oleh:
Ida Aulia Mawaddah
Nim:
151.131.063
Kelas IV B
Dosen
Pengampuh:
Prof.
Dr. H. M. Taufik M. Ag.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.
Latar Belakang .............................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C.
Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................... 2
A.
Sejarah Psikologi Agama............................................................................... 2
BAB
III PENUTUP................................................................................................. 8
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 8
B.
Saran.............................................................................................................. 8
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR
بِسْÙ…ِ اللهِ الرَّØْمنِ
الرَّØِيمِ
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
Allah SWT. Karena hanya dengan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah PSIKOLOGI PAI
yang berjudul SEJARAH PSIKOLOGI AGAMA. Makalah ini di tulis
realisasi dari program mata kuliah Psikologi PAI dalam memahami sejarah
pertumbuhan psikologi Agama hingga menjadi disiplin ilmu
sampai saat ini.
Dalam
penyelesaian makalah ini banyak pihak yang ikut memberikan bantuan baik
material maupun spiritual. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih
atas do’a dan kerja samanya sehingga makalah ini
dapat terselesaikan meskipun jauh dari kesempurnaan. Dan
juga terdapat banyak sekali kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dan memotivasi untuk kebaikan
kedepannya dari teman-teman.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami sendiri maupun teman-teman yang lain.
Mataram, 31 Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pakar psikologi
menyepakati bahwa awal berdirinya ilmu psikologi modern adalah saat Wilhelm
Wundt mendirikan laboratorium psikologi yang pertama di Universitas Leipzig,
Jerman, tahun 1879. Dia terkenal dengan dua kontribusi terbesarnya yaitu Sistematic
psychologist dan seorang experimentalist. Kemudian Ivan Pavlov juga
melakukan hal serupa di Rusia. Sejak
saat itu kajian psikologi mulai menjadi kajian yang eksperimental. Mereka
membaca ayat-ayat Allah Swt. dalam bentuk alam semesta dengan sungguh-sungguh
dan bekerja keras mentingkap rahasia, terutama menyingkap rahasia manusia itu
sendiri sebagai objek sekaligus subjek penelitian. Sehingga adanya kewajiban
bagi umat manusai khususnya umat muslim untuk menunut ilmu dan melakukan
penelitian di muka bumi dengan catatan tidak merusak ciptaan Allah.
Ilmu psikologi
terus melaju ke teori kognitif menjadikan manusia sebagai homo sapiens, yang
pada akhirnya bermuara pada teori humanism, yaitu menempatkan manusia sebagai
homo ludens yang penekanannya difokuskan pada makna yang ada pada diri manusia.
Karakter psikologi sekuler sudah mampu menangkap dan memahami nilai-nilai
kejiwaan yang menghubungkan manusia dengan penciptanya. Nazaruddin Umar,
seorang guru besar Universitas Islam Negeri Jakarta, mengatakan, bahwa barat
hanya kaya dengan empiris, tapi miskin bahasa untuk urusan kejiwaan manusia
yang sebenarnya.
dalam hal ini
psikologi agama merangkum dua bidang kajian yang berbeda, yaitu psikologi dan
agama. Meskipun demikian psikologi maupun agama mencakup masalah-masalah yang
berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Namun dari sisi tertentu terdapat
juga banyak perbedaan yang cukup mendasar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Perkembangan Sejarah Psikologi Agama!
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
Bagaimana Sejarah Dari Psikologi Agama
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Psikologi Agama
Untuk mengetahui secara pasti kapan agama diteliti secara psikologi memang
agak sulit, sebab dalam agama itu sendiri telah terkandung didalamnya pengaruh
agama terhadap jiwa. Bahkan dalam kitab-kitab suci setiap agama banyak
menerangkan tentang proses jiwa atau keadaan jiwa seseorang karena pengaruh
agama.
Dalam al-Qur`an misalnya, terdapat ayat-ayat yang
menunjukkan keadaan jiwa orang-orang yang beriman atau sebaliknya, orang- orang
kafir, sikap, tingkah laku dan do‘a-do‘a. Disamping itu juga terdapat ayat- ayat yang berbicara
tentang kesehatan mental, penyakit dan gangguan kejiwaan serta kelainan sifat
dan sikap yang terjadi karena kegoncangan kejiwaan sekaligus tentang perawatan
jiwa.
Contoh lain adalah proses pencarian Tuhan yang dialami
oleh Nabi Ibrahim. Dalam kisah tersebut dilukiskan bagaimana proses konversi
terjadi. Dalam kitab-kitab suci lain pun terdapat proses dan peristiwa
keagamaan, seperti yang terjadi dalam diri tokoh agama Budha, Sidharta Gautama
atau dalam agama Shinto yang memitoskan kaisar Jepang sebagai keturunan
matahari yang membuat penganutnya sedemikian mendalam ketaatannya kepada
kaisar, sehinga mereka rela mengorbankan nyawanya dalam Perang Dunia II demi
kaisar.[1]
Sumber-sumber barat mengungkapkan bahwa penelitian secara ilmiah tentang
agama dimulai dari kajian para anthropolog. Hasil penelitian Frazer dan Taylor
mengenai agama-agama primitif dinilai sebagai gerakan awal dari kajian itu.
Sejumlah penelitian juga dilakukan oleh sosiolog, dan juga ahli psikologi
seperti Stanley Hall. Tetapi Edwin Diller Starbuck dianggap sebagai peletak
dasar bagi penelitian modern dilapangan psikologi agama. Bukunya yang memuat
mengenai pertumbuhan perasaan agama yang berjudul The Psychology Of
Religion, an Empirical Study of Growth of Religions Counsciousness. Buku
tersebut dianggap sebagai buku psikologi pertama oleh kalangan ahli psikologi
agama Barat.
Walaupun secara formal pembahasan tentang psikologi agama belum ditemukan
di Dunia Timur (Islam), hal ini bukan berarti pada masa itu psikologi agama
belum dibicarakan sama sekali.
Hasil penelitian dari Afifi ditemukan, bahwa dalam filsafat mistis Ibnu
Arabi telah banyak ditemukan butir-butir kajian kejiwaan yang tidak jauh
berbeda dengan yang dikaji dalam psikologi moder. Ibnu Arabi sudah membahas
psikologi empiris, sifat-sifat dan fungsi-fungsi jiwa, dan teori tentang mimpi
yang banyak diungkapkan oleh Sigmun Freud. Walaupun pembicaraan mengenai
butir-butir psikologi itu sangat lekat dengan penghayatan sufistiknya, namun
hal itu jelas mempunyai arti sangat penting bagi kajian psikologi agama dan
kesehatan mental.
Awalnya, psikologi digunakan para ilmuan dan para filosof untuk memenuhi
kebutuhan mereka dalam akal pikiran dan tingkah laku aneka macam makhluk hidup. Mulai yang primitive hingga yang modern. Akan tetapi tidak cocok,
karena menurut para ilmuan dan filosof, psikologi memiliki batas-batas tertentu
yang berada di luar kaidah keilmuan dan etika falsafi. Kaidah saintik dan
patokan etika filosofis ini tidak dapat dibebankan begitu saja sebagai muatan
psikologi.[2]
Sejak menjadi
disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi agama dinilai cukup
pesat, hal ini disebabkan, selain bidang kajian psikologi agama menyangkut
kehidupan manusia secara pribadi, maupun kelompok, bidang kajiannya juga
mencakup permasalahan yang menyangkut perkembangan usia manusia. Selain itu,
sesuai dengan bidang cakupannya, ternyata psikologi agama termasuk ilmu terapan
yang banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.[3]
1.
Perkembangan
Psikologi Agama Pada Abad Ke-19
Pada pertengahan abad ke-19, mentalitas modern
yang tumbuh sejak abad ke-16, siap untuk berkembang secara penuh. Di mana pada
abad pertengan tersebut, manusia dipandang menduduki tempat utama dalam kosmos.
Bumi dianggap sebagai pusat jagat raya dan segala hal yang paling indah dan
paling tinggi. Tetapi teori Copernicus tentang matahari sebagai pusat alam raya
dan teleskop Gaileo, ditambah lagi pengaruh pemikiran baru Rene Descartes dan
Isaac Newton, menjadi awal bergeraknya kekuatan baru.
Pengaruh dari gerakan itu pada abad ke-19,
telah mulai mengubah pandangan tentang kedudukan manusia. Bumi dan langit tidak
lagi dipandang sebagai demi manusia, bahkan sebaliknya manusia ditafsirkan
hanya sebagai bagian dunia. Ilmu alam pun makin berkembang dan penyelidikannya
makin bertambah luas, karena ilmu ini tidak hanya ditunjukkan untuk meneliti
alam, tetapi juga untuk meneliti manusia.
Terbitnya buku Origin of Species, bahwa karya
darwin tahun 1859, dapat disebut sebagai langkah simbolis yang mengisyaratkan
bahwa hidup manusia sendiri dapat diamati dengan diteliti serta dibuat
hipotesis secara rasional. Manusia semakin dipikirkan sebagai suatu jenis
makhluk diantara sekian banyak makhluk lainnya. Dengan demikian manusia dapat
makin dimengerti lewat penyelidikan dan penelitian rasional.
Menurut sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
dapat diketahui bahwa psikologi ilmiah modern lahir dalam lingkungan
intelektual seperti itu. Sebab 20 tahun sesudah terbitnya buku Darwin, Prof.
Wilhem Wundt, dari Universitas Leipziq, Jerman, mendirikan laboratorium unutuk
memanfaatkan metode eksperimental yang disesuaikan untuk studi tentang perilaku
manusia. Tahun 1879 disebut-sebut sebagai tahun lahirnya psikologi modern.
Kemudian setelah laboratorium psikologi dengan penerapan metode eksperimental
oleh Wundt diketahui berhasil, maka segera dibanyak tempat laboratorium serupa
didirikan, dan menjelang akhir abad ke-19 psikologi ilmiah modern sudah mantap
untuk mengayunkan langkah-langkahnya bersama-sama dengan perkembangan ilmu
pengetahuan lainnya.
Dilain pihak, selama masa pengembangan
psikologi ilmiah modern, orang kerap memandang agama sebagai suatu yang dapat
menguasi atau berada di atas tekhnik psikologi. Tepatnya, agama dipandang
sebagai bidang suci yang tabu untuk wilayah atau wewenang penelitian ilmiah.
Untuk itu, menurut mereka penjelasan dan penyelesaian tentang agama harusnya
dicari dari sumber-sumber adikodrati (kitab suci). Ternyata hal ini membawa
akibat, di separuh kedua abad ke-19 psikologi agama boleh dikatakan hampir
tidak ada atau belum dikenal.
Dari uraian di atas, merupakan perkembangan
psikologi agama di dunia Barat. Sedangkan perkembangan psikologi agama di dunia
Timur (Islam) cenderung dilihat secara berat sebelah. Sebab, buah karya para
ilmuan Islam yang hampir serupa sebenarnya telah lebih dahulu dilakukan atau
dihasilkan di dunia Timur. Seperti dalam kurun waktu yang lebih awal Ibnu
Tufail (1110-1185 M) dan juga (1059-1111) dalam tulisan-tulisannya telah
membahas apa yang menjadi perbincangan di dunia Barat. Buku Hay Ibn Yazan sebuah karya Ibnu Tufail yang membahas
tentang proses pertumbuhan dan perasaan agama dari seorang anak yang dilahirkan
di pulau terpencil. Demikian juga lukisan dan uraian Al-Gazali dalam karya
beliau Al-Munqiz Min Al-Dlolal (penyelamat dari kesesatan).
Sementara itu, dalam pemikiran-pemikiran
keagamaan dunia Islam diperkirakan, penggunaan nalar lebih leluasa dibandingkan
dengan para ilmuan Barat dalam kurun waktu yang sama. Walau di Timur mengalami
keterlambatan, hal ini disebabkan karena, sumber-sumber Islam klasik sulit
diperoleh karena kejatuhan kekuasaan Islam di Bagdad. Selain itu para ilmuan
Islam masih disibukkan oleh masalah-masalah politik dan usaha membebaskan diri
dari penjajahan, dari pada menekuni psikologi Agama yang pokok-pokok
permasalahannya banyak tercantum dalam ajaran Islam. Kenyataan ini didukung
oleh munculnya tulisan sejumlah ilmuan Islam setelah bebas dari penjajahan
Barat. Sejarah pun mencatat, betapa pengaruh peradaban timur (Islam) terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan modern di Barat (Eropa).
2. Sejarah Psikolgi Agama Pada Abad Ke-20
Sumber dari barat mengungkapkan bahwa
penelitian ilmiah modern di lapangan Psikologi Agama dimulai dari kajian para Antropolog
dan Sosiolog seperti Stanley Hall. Sementara itu, di dunia Timur, Dr. Abdul
Mun’im Abdul Aziz Al-Malighy misalnya pada tahun 1955 menulis buku dengan judul
Tatawwur al-Syu’ur al-Diny ’Inda Tifl Wa Al-Murahiq yang diterbitkan Dar
al-Ma’arif, Cairo, membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak
dan remaja. Bahkan beliau juga menulis buku tentang Psikologi dengan judul Al-Numuwu
Al-Nafsy, diterbitkan oleh Maktabah Mesir-Cairo pada tahun 1957. Selain itu
ada juga sejumlah buku tentang Psikologi Agama yang dihasilkan oleh ilmuan
muslim, antara lain:
a.
Afif Abdul Fatah, dengan buku yang berjudul Ruuh
al-Diin al-Islamy diterbitkan tahun 1956.
b.
Musthafa Fahmy, menyusun buku dengan judul
Al-Shihah al-Nafsiyah terbit tahun 1963.
Dari sejumlah temuan
ilmuan muslim tersebut, tampak pembahasan yang cukup relevan dengan kajian
Psikologi Agama adalah terpilihnya tulisan Al-Maghligy, yaitu buku Tatawwur
al-Syu’ur al-Diny ’Inda Tifl wa al-Murahiq dianggap sebagai langkah awal di
dunia Timur (Islam).
Dengan demikian, maka apa yang dirasakan dan dituduhkan Dunia Barat
terhadap dunia Timur mengenai mandeknya kajian di bidang Psikologi Agama itu,
tidak seluruhnya dapat diterima. Sebab, adanya kemandekan perkembangan ilmu
jiwa agama di dunia Barat, tampaknya sulit untuk dipersatukan persepsi tentang
perlunya kajian ilmiah mengenai agama. Para ilmuan dan agamawan (Barat) seakan
belum terlepas dari abad pertengahan, ketika dogma-dogma agama begitu
berpengaruh terhadap pemikiran para ilmuwannya. Pemikiran agama yang
membelenggu seperti itu, agaknya nampaknya ikut mempengaruhi pandangan para
agamawan untuk membatasi wewenang para ilmuwan pada ilmu-ilmu non agama. Dan
agama sendiri sepenuhnya berada di bawah wewenang mereka.
3. Sejarah Psikologi Agama di Indonesia
Di Indonesia sendiri tulisan mengenai psikologi agama ini baru di kenal
sekitar tahun 1970-an.[4]
Baik yang ditulis oleh orang Islam maupun orang non Islam pada saat ini sudah
mulai bermunculan. Dalam perkembangannya, menurut Djamaluddin Ancok dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu, pertama, Islam dijadikan
sebagai ”pisau analisis” bagi pengkajian psikologi. Kedua, psikologi
dijadikan sebagai ”pisau analisis” bagi pemecahan persoalan-persoalan
psikologis umat Islam. Ketiga, menciptakan pola psikologi baru yang
digali dari ajaran Islam, seperti dari Al-Qur’an, Sunnah, dan Khazanah
pemikir-pemikir Muslim yang memuat topik-topik psikologis. Setelah melihat
literatur yang berkembang di Indonesia, Abdul Mujib mencoba mengelompokkan
karya para pakar psikologi Islam Indonesia sesuai dengan acuan yang dibuat oleh
Djamaluddin Ancok. Kemudian Zakiah Daradjat mencoba mengolaboarsikan pemikiran
pemikiran psikologinya dalam kategori kedua. Hal itu dilihat dalam karyanya, 1)
Ilmu Jiwa Agama, 2) Kesehatan Mental, 3) Remaja, Harapan Dan Tantangan, 4)
Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak, 5) Pendidikan Agama Dan Kesehatan Mental. Namun
dalam karya terjemahnya, Darajat memiliki kecendrungan memilih buku-buku yang
tergolong dalam kategori pertama, seperti buku pokok-pokok kesehatan
jiwa/mental dan ilmu jiwa. [5]
Selain itu, ada
juga sejumlah tulisan yang berkaitan dengan psikologi agama. Tulisan tersebut
dikembangkan dari bidang kedokteran seperti yang dilakukan oleh Prof. Dr. Aulia
maupun K.H. SS. Djam’an yang melakukan pendekatan dengan menggunakan ajaran
agama Islam. Sedangkan dibidang akademik tulisan-tulisan mengenai psikologi
agama banyak dilakukan oleh kalangan gereja katolik.
Psikologi agama
tergolong cabang psikologi yang berusi muda. Berdasarkn informasi dari berbagai
litaratur, dapat disimpulkan bahwa kelahiran psikologi agama sebagai disiplin
ilmu yang berdiri sendiri memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang.
Selain itu, pada tahap-tahap awalnya psikologi agama didukung oleh para ahli
dari berbagai disiplin ilmu.
Sebagai
disiplin ilmu boleh dikatakan, psikologi gama dapat dirujuk dari karya penulis
barat, yang telah disebutkan di atas.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam mempelajari ilmu-ilmu
keislaman akan lebih baik jika memahami dan menerima pengertian, pentingnya
ilmu dalam Islam. Salah satu disiplin ilmunya adalah Psikologi Agama, yang di
mana dalam psikologi agama mencakup dua bidang kajian, yaitu jiwa dan agama.
Psikologi agama hanya mampu meneliti bagaimana sikap batin seseorang dalam
keyakinannya kepada Tuhan, bagaimana seseorang beragama dan menyangkut hal-hal
ghaib. Seperti yang tercantum dalam tulisan ilmuan yang telah dijelaskan di
atas
B. Saran
Penulis menyedari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat banyak sekali
kekurangan yang terkandung di dalamnya. Hal itu disebabkan keterbatasan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
agar pembaca dapat menelaah makalh ini dan menyempurkan bacaannya dengan
membaca buku-buku yang lain yang berkaitan dengan materi pembahasan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberi ilmu baru khususnya untuk
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
M. Taufik, Modul Psikologi Agama, (Mataram, 2012)
Tohirin, Pdikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2011)
Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007)
Baharuddin, Mulyono, Psikologi Agama Dalam Perspektif Islam
(Malang: UIN-Malang Press, 2008)
[2] Tohirin,
Pdikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011) h. 4
[3] Jalaluddin,
Psikologi Agama (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007) h. 35
[4] Jalaluddin,
Psikologi Agama (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007) h. 30
[5] Baharuddin,
Mulyono, Psikologi Agama Dalam Perspektif Islam (Malang: UIN-Malang Press,
2008) h. 55
[6] Jalaluddin,
Psikologi Agama (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007) h. 31
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus