ilmu kalam, Arab Jahiliyyah
MAKALAH
ILMU KALAM II
“KONSEP KETUHANAN BANGSA ARAB PRA ISLAM”
Oleh :
Ida Aulia Mawaddah : 151 131 063
Misbahul Hadi : 151 131 033
Taufan Rahmayadi : 151 131 010
Dosen Pengampu :
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan seluruh nikmatNya
baik lahir maupun batin sejak dahulu hingga saat ini serta keteguhan hati kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa
tercurah limpahan rahmat kepada nabi Muhammad saw. yang menjadi tauladan para
umat manusia.
Kami menulis
makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui ilmu tentang Konsepsi
Ketuhanan dan Kepercayaan Bangsa Arab Pra Islam dalam mata kuliah Ilmu
Kalam II. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan kurangnya ilmu pengtahuan. Namun, berkat keseriusan akhirnya makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis
menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang
masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di
masa yang akan datang.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat
dan maslahat bagi semua orang.
Mataram,
Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang.............................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah......................................................................................... 1
C.
Tujuan
Penulisan........................................................................................... 1
BAB II Pembahasan............................................................................................... 2
A.
Masyarakat
Arab Jahiliyyah.......................................................................... 2
B.
Kepercayaan
Bangsa Arab Jahiliyyah........................................................... 4
BAB III Penutup.................................................................................................... 18
A.
Kesimpulan.................................................................................................. 18
B.
Saran
........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepercayaan / agama merupakan hal yang sangat
mendasar dalam kehidupan manusia sebagai jalan untuk menuju kehidupan yang
abadi. Dalam kehidupan sekarang ini terdapat berbagai macam agama / kepercayaan yang tidak terlepas dari sejarah
masa lampau, dimana pada masa jahiliyah atau sebelum islam datang di dunia ini
terdapat berbagai macam agama yaitu; agama yahudi, kristen, majusi paganisme
dan hunafa’. Sebelum Islam penduduk Arab menganut
agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa
ideolgi, keyakinan keagamaan. Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut
agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi
turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as. Al-Qur’an
menyebut agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui
keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan, Tuhan
yang memberi rezeki dan sebagainya.
Hal tersebut akan dibahas dalam makalah ini sebagai salah satu informasi
tentang sistem kepercayaan bangsa arab
sebelum islam.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Keadaan Bangsa Arab
Jahiliyah!
2. Kepercayaan Bangsa Arab Jahiliyah!
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Keadaan
Bangsa Arab Jahiliyah Khususnya Asal-Usul Bangsa Arab.
2. Untuk Mengetahui Kepercayaan Bangsa
Arab Jahiliyah Sebelum Islam Masuk.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bangsa Arab Jahiliyyah
Bangsa Arab, sebelum kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, dikenal dengan
sebutan jahiliyah. Jika merujuk pada arti kata jahiliyah (yang berasal dari
bahasa Arab dari kata jahala yang berarti bodoh), maka
secara harfiyah bisa disimpulkan bahwa masyarakat jahiliyah adalah
masyarakat yang bodoh. Jahiliyyah biasanya dikaitkan dengan masa sebelum
Rasulullah S.A.W lahir. Sesungguhnya kata Jahiliyyah sendiri adalah mashdar
shina’iy yang berarti penyandaran sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan menurut
Manna’ Khalil al-Qathtan ada tiga 3 makna, yaitu:
a. Tidak adanya ilmu pengetahuan
(makna asal).
b. Meyakini sesuatu secara salah.
c. Mengerjakan sesuatu dengan
menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang
seharusnya dia kerjakan.
Adapun asal-usul bangsa Arab menurut
para ahli terdiri dari tiga suku atau kaum yang berada di Jazirah Arab, yaitu:[1]
1.
Arab Ba’idah
Yaitu bangsa arab yang
telah musnah, yaitu orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya. Jejak mereka tidak
dapat diketahui kecuali hanya terdapat dalam catatan kitab-kitab suci. Arab
Ba'idah ini termsuk suku bangsa arab yang dulu pernah mendiami Mesopotamia.
akan tetapi, karena serangan raja namrud dan kaum yang berkuasa di Babylonia,
sampai Mesopotamia selatan pada tahun 2000 SM suku bangsa ini berpencar dan
berpisah ke berbagai daerah, di antara kabilah mereka yang termaksud adalah:
'Aad, Tsamud, Ghasan, Jad.
2.
Arab Aribah
Yaitu cikal bakal dari
rumpun bangsa Arab yang ada sekarang ini. Mereka berasal dari keturunan Qhattan
yang menetap di tepian sungai Eufrat kemudian pindah ke Yaman. Suku bangsa arab
yang terkenal adalah: Kahlan dan Himyar. Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan
Saba' yang berdiri abad ke-8 SM dan kerajaan Himyar berdiri abad ke-2 SM.
3.
Arab Musta'ribah
Yaitu menjadi arab atau
peranakan disebut demikian karena waktu Jurhum dari suku bangsa Qathan mendiami
Mekkah, mereka tinggal bersama nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar. Nabi Ismail
yang bukan keturunan Arab, mengawini wanita suku Jurhum. Arab Musta'ribah
sering juga disebut Bani Ismail bin Ibrahim ismail (Adnaniyyun).
Bangsa Arab mempunyai akar
panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid, dalam
Subras Mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah,
Afrika Utara, Armenia, Arabiyah dan Irania. Bangsa arab hidup berpindah-pindah,
karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun
hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti
tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh secara sporadic di tanah arab di
sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan. Bila dilihat dari
asal-usul keturunan, penduduk jazirah arab dapat dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu: Qathaniyun (keturunan Qathan) dan ‘Adaniyun (keturuan Ismail ibnu
Ibrahim as)
B.
Ketuhanan Arab Jahiliyah
1.
Kepercayaan Arab Jahiliyah [2]
Masyarakat
Arab lama (sebelum Islam) memiliki keyakinan Animisme, ialah sebuah faham yang
beranggapan bahwa setiap benda mempunyai roh, dan roh tersebut memiliki
kekuatan ghaib yang disebut Mana dan dikenal sebagai “Kaum Watsani” yaitu kaum
yang menganggap Tuhan mereka dalam bentuk patung-patung sembahan yang mereka
anggap sebagai perantara dengan Tuhan.
Kemudian roh-roh ini meningkat menjadi dewa-dewa.
Untuk dewa- dewa itu di buat patung-patung untuk mempermudah dalam
penyembahannya. Tiap kabilah mempunyai dewanya sendiri, dan menurut ibn hisyam
patung-patung jahiliyah berjumlah 360. Selain dari patung-patung, menurut
kepercayaan mereka bahwa dewa-dewa juga tinggal di batu besar, bukit, padang
pasir, dan sebagainya. Dewa-dewa itu mempunyai tugas-tugas tertentu seperti
tugas mengobati, tugas memberi keturunan, tugas menjauhkan kelaparan, tugas
menjauhkan penyakit menular, menurunkan hujan, memberi kemenangan dalam
peperangan, dan sebagainya.
Mereka
percaya akan Tuhan Yang Esa, Namun mereka juga meyakini adanya roh-roh penguasa
yang di anggap dan diperlakukan sebagai Tuhan. Berbeda dengan Islam yang
mengajarkan untuk meng-Esakan Allah dan hanya kepada-Nya beribadah tanpa
perantara apapun.
Sebelum Islam datang, penduduk Arab menganut
agama yang bermacam-macam dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa
ideolgi, keyakinan (keagamaan). Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut
agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi
turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as.
al-Qur’an menyebut agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang
mengakui ke Esaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan
mematikan, Tuhan yang memberi rezeki dan sebagainya. Kaum Hanif tidaklah banyak
orangnya seperti penganut yang menyembah patung dan berhala, orang-orang yang
tidak puas dengan agama yang menyembah patung tersebut kemudian pergi dan
mencari agama yang sesuai dengan akal mereka dan meninggalkan patung-patung dan
dewa-dewa.
2.
Agama Bangsa Arab Jahiliyah
a. Al Hunafa’
Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab
sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal sebagai Al
Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap berada dalam agama yang hanif,
menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu datangnya kenabian.
Agama hanif ini merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as, firman Allah
dalam surah al-Imran: 95 dijelaskan:
ö@è% s-y|¹ ª!$# 3 (#qãèÎ7¨?$$sù s'©#ÏB tLìÏdºtö/Î) $ZÿÏZym $tBur tb%x. z`ÏB tûüÏ.Îô³çRùQ$# ÇÒÎÈ
Artinya:
Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah
agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.
Dalam
ayat di atas dijelaskan, bahwa Allah memerintahkan juga kepada anabi Muhammad
supaya mengatakan kepada orang yahudi bahwa apa yang diberitahukan kepada
beliau dengan perantaraan wahyu. Oleh karena itu hendaklah orang-orang yahudi
mengikuti ajaran nabi Muhammad sae, karena pada prinsipnya agama yang dibawanya
sama dengan agama yang dibawa oleh nabi Ibrahim.
Dalam
surat an-Nisa juga dijelaskan tentang agama Hanif yang dibawa oleh nabi
Ibrahim.
ô`tBur ß`|¡ômr& $YYÏ ô`£JÏiB zNn=ór& ¼çmygô_ur ¬! uqèdur Ö`Å¡øtèC yìt7¨?$#ur s'©#ÏB zOÏdºtö/Î) $ZÿÏZym 3 xsªB$#ur ª!$# zOÏdºtö/Î) WxÎ=yz ÇÊËÎÈ
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari
pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. (an-Nisa:125)
Ayat tersebut
menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun yang lebih baik agamanya dari orang yang
memurnikan ketaatan dan ketundukannya hanya pada Allah, ia mengerjakan kebaikan
dan mengikuti agama Ibrahim.[3]
Ḥanifiyah,
yaitu sekelompok orang yang mencari agama Ibrahim yang murni yang tidak
terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-berhala, juga tidak menganut
agama Yahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui keesaan Allah. Mereka
berpandangan bahwa agama yang benar di sisi Allah adalah Ḥanifiyah, sebagai
aktualisasi dari millah Ibrahim. Gerakan ini menyebar luas ke pelbagai penjuru
Jazirah Arab khususnya di tiga wilayah Hijaz, yaitu Yathrib, Ṭaif, dan Mekah.
Tradisi-tradisi
warisan mereka yang kemudian diadopsi Islam adalah: penolakan untuk menyembah
berhala, keengganan untuk berpartisipasi dalam perayaan-perayaan untuk
menghormati berhala-berhala, pengharaman binatang sembelihan yang dikorbankan
untuk berhala-berhala dan penolakan untuk memakan dagingnya, pengharaman riba,
pengharaman meminum arak dan penerapan vonis hukuman bagi peminumnya,
pengharaman zina dan penerapan vonis hukuman bagi pelakunya, berdiam diri di
gua hira sebagai ritual ibadah di bulan ramaḍan dengan memperbanyak kebajikan
dan menjamu orang miskin sepanjang bulan ramaḍan, pemotongan tangan pelaku
pencurian, pengharaman memakan bangkai, darah, dan daging babi, dan larangan
mengubur hidup-hidup anak perempuan dan pemikulan beban-beban pendidikan
mereka. [4]
b.
Yahudi
Agama yahudi sebenarnya
merupakan kelanjutan ajaran kewahyuan yang pernah diturunkan oleh Allah kepada
nabi Ibrahim. Agama ini dikenal sebagai agama monoteisme mutlak (tauhid) yang
meletakkan dasar kepercayaan pada Tuhan yang Esa. Yang dimana setiap akan
melakukan pekerjaan orang yahudi selalu mengucapkan “Shema” yaitu syahadat
orang-orang yahudi “Dengarkanlah, Hai bangsa Israel, Tuhan yang kita
sembah adalah Maha Esa”.
Konsep nabi Musa tentang
ketuhanan memberikan pandangan yang berbeda dengan penyembahan dewa-dewa dari
bangsa Israel pada masa sebelumnya. Musa datang membawa agama yang memberantas
konsepsi ketuhanan yang sesat itu dan menggantikannya dengan ketuhanan yang
monoteisme (hanya ada satu Tuhan). Hal ini dijelaskan di dalam kitab perjanjian
lama “Tuhan
itu hanya satu yaitu YAHWEH, yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan
bangsa Mesir” (deut 33:29).
Masuk ke Arab
melalui jalur perdagangan dibawa oleh bangsa Israel dari negeri as-syur yang
diusir oleh kerajaan Romawi yang beragama Nasrani. Agama ini dianut oleh
beberapa Kabilah di Arab seperti Taima, Khaibar, Wadil Qura dan Yatsrib. Yang
rerkenal yaitu Bani Quraitzah, Nadzir dan qunaiqo’. Di wilayah Arab Selatan,
raja Yaman, Zu Nuas adalah penganut agama yahudi fanake. Agama ini awalnya
merupakan agama bangsa dan menganggap bahwa bangsa yahudi (israel) adalah bangsa pilihan Tuhan.
Satu-satunya tuhan bangsa yahudi yang dalam perkembanganya menjadi agama
Universal, yaitu yahweh (Jehorah) yang termuat dalam kitab-kitab perjanjian
lama. Orang Arab yang telah menganut Agama Yahudi tidak akan mendapat hak yang
sama dengan seorang Yahudi keturunan bani
Israel. Oleh karena itu bangsa Arab kurang tertarik dengan agama yang
menempatkan mereka dibawah derajat para pembawa agama itu sendiri (Syalabi.
1983 : 67)
Bahkan Raja Dzu Nuwas Al Himyari juga
memeluknya, Dia meminta penduduk
Najran agar masuk agama Yahudi, kalau tidak akan dibunuh. Karena
mereka menolak, maka digalilah sebuah parit dan dipasang api di dalamnya.
Mereka dimasukkan ke dalam parit itu dan yang tidak mati karena api, dibunuh
dengan pedang atau dibuat cacat.
Korban
pembunuhan itu mencapai dua puluh ribu orang. Tragedi berdarah dengan motif
fanatisme agama ini diabadikan dalam al-Quran dalam kisah “orang-orang yang
membuat parit”.. Bani Kinanah, Bani Al Haarits
bin Ka’ab dan Kindah juga menjadi wilayah berkembangnya agama
Yahudi ini.
c. Nasrani (Kristen)
Ketuhanan agama ini adalah Trinitas
atau Trimukti. Dalam trinitas terdapat tiga oknum ketuhanan yaitu Allah sang
Bapak, Roh Qudus, dan Yesus Kristus. Ketiganya merupakan kesatuan, yang berarti
satu kebenaran yang Esa.[5]
Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al
Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang terkenal. Misalnya,
gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga
masuk di selatan Jazirah Arab berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di
‘And dan Najran. Adapun di kalangan suku Quraisy yang menganut
agama Nashrani adalah Bani Asad bin Abdil Uzaa, Bani Imri-il Qais
dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabi’ah dan sebagian kabilah
Qudha’ah. Kristen di Jazirah Arab dan sekitarnya sebelum
kedatangan Islam tidak ternodai oleh tragedi yang mengerikan semacam itu. Yang
ada adalah pertikaian di antara sekte-sekte Kristen yang meruncing. Menurut
Muḥammad ‘Abid al-Jabiri, al-Quran menggunakan istilah “Naṣara” bukan
“al-Masiḥiyah” dan “al-Masiḥi” bagi pemeluk agama Kristen.
Bagi
pendeta Kristen resmi (Katolik, Ortodoks, dan Evangelis) istilah “Naṣara”
adalah sekte sesat, tetapi bagi ulama Islam mereka adalah “Ḥawariyun”. Para
misionaris Kristen menyebarkan agamanya dengan bahasa Yunani yang waktu itu mazhab-mazhab
filsafat dan berbagai macam aliran-aliran menyerbu daerah itu. Inilah yang
menimbulkan pertentangan antara misionaris dan pemikir Yunani yang memunculkan
usaha-usaha mendamaikan antara filsafat Yunani yang bertumpu pada akal dan
agama Kristen yang bertumpu pada iman.
Inilah yang melahirkan kelompok agama Kristen yang kemudian menyebar ke
berbagai penjuru, termasuk Jazirah Arab dan sekitarnya. Kelompok agama (sekte)
Arius menyebar di bagian selatan Jazirah Arab, yaitu dari Suria dan Palestina
ke Irak dan Persia. Misionaris sekte ini telah menjelajahi penjuru-penjuru
Jazirah Arab yang memastikan bahwa dakwah mereka telah sampai di Mekah, baik
melalui misionaris atau pedagang Quraysh yang mana mereka berhubungan
terus-menerus dengan Syam, Yaman, dan Ḥabashah.
Keadaan agama
Nasrani dipenuhi penafsiran “filosofis yang dipahami bangsa Arab. Sebagaimanatelah disinggyng
sebelumnya bahwa penafsiran ini pula yang menimbulkan perpecahan dan timbul sekte”
yang saling bertentangan. Sekte yang terkenal yaitu: Yaaqibah (Mesir, Habsyi, dll),
Nasathirah (Musil, Iraq dan Persia), Mulkaniah (Afrika Utara), Sicilia, Syiria,
dan Spanyol.
Madzhab
Yaaqibah adalah pengikut Cyril (Patriak Alexandria) yang berpaham monofhisit
bahwa dalam diri Yesus ada satu kepribadian, yaitu Ketuhanan, dengan pengertian
bahwa Allah dengan manusia bersatu dalam diri Al-Masih.
Madzhab
Nasathiroh (pengikut Nestorius, Patriak, Konstantinopel) dan madzhab Mulakniah
serta garis besar berkeyakinan bahwa dalam diri Al-Masih terdapat dua tabiat,
yaitu tabiat ketuhanan dan kemanusiaan, tetapi keduanya berselisih dalam detail
tertentu.
Namun demikian,
secara umum agama Yahudi dan nasrani kurang menarik simpati bangsa Arab.
Kehidupan sebagian bangsa Arab yang menyimpang dari ajaran hanif inilah disebut
Arab Jahiliyah. Jahil dalam artian membangkang terhadap aqidah yang benar.
Bukan jahil dalam artian tidak berilmu. Sebab dari hasil pengertian sejarah
diketaui bahwa bangsa arab dalam beberapa hal mempunyai kebudayaan yang maju.
d.
Majusiyah
Majusi adalah agama Persia kuno. Mempunyai
pendeta agam yang disebut magu, kata magu tersebut berubah menjadi majus karena
menjadi tulisan Arab. Dan dengan demikian, ajaran pendeta tersebut dinamakan
Majusiyyah, sedangkan orangnya disebur Majusi. Nama lain dari agama ini disebut
Mazdaisme yang berarti agama yang mengajatkan penyembahan terhadap Aura Mazda
(Tuhan Mazda). Dan sering juga disebut Zoroasterianisme.
pada awalnya agama majusi
mengajarkan penyembahan terhadap banyak dewa (politeisme). Akan tetapi muncul
pengakuan dari Zoroaster yang mengatakan bahwa dia mendapat Aura Mazda untuk
memberbaiki moral social masyarakat. Sejak saat itu persia menganut agama
tersebut sampai akhirnya Persia ditaklukkan oleh Islam. Kitab yang dianut
Majusia adalah Kitab Yusna, Kitab Vispered, Kitab Mendidad, Kitab Yasht, Kitab
Khorda Avesta.
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$#ur (#rß$yd tûüÏ«Î7»¢Á9$#ur 3t»|Á¨Y9$#ur }¨qàfyJø9$#ur tûïÏ%©!$#ur (#þqà2uõ°r& ¨bÎ) ©!$# ã@ÅÁøÿt óOßgoY÷t/ tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« Íky ÇÊÐÈ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang
Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik,
Allah akan memberi Keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya
Allah menyaksikan segala sesuatu. (QS. Al-Hajj: 17)
Dari ayat di atas dikatakan bahwa
ada beberapa kelompok yang dilihat dari keimanannya, yaitu Mukmin, Yahudi,
Nasrani, Shabiin dan Majusi. Tiga dari kelompok tersebut statusnya jelah yaitu
ahli kitab, karena mengakui risalah nabi Muhammad. Sementara itu orang majusi
dan shabiin statusnya tidak jelas, Mayoritas ulama yang mengatakan bahwa mereka
bukanlah ahli kitab dan ada sedikit yang mengatakan mereka ahli kitab.[6]
Di dalam hadis nabi SAW juga
diterangkan tentang agama Majusi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah, “Rasulullah
SAW bersabda: sesungguhnya orang majusi adalah orang yang mendustakan kekuatan
Allah swt, jika mereka sakit, mereka kembali (kepada Allah), dan jika mereka
mati mereka tidak bersyahadat, dan jika kalian bertemu dengan mereka janganlah
kamu mengucapkan salam kepada mereka”.[7]
Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Di
antaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra’ bin Haabis
dan Abu Sud (kakek Waki’ bin Hisan) termasuk yang menganut ajaran Majusi
ini , agama ini juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain.
e. Paganism
Sebenarnya
paganisme merupakan bentuk perkembangan yang menyimpang dari bentuk agama
hanif, yaitu suatu agama yang mempercayai ke-Esaan Allah. Yang diperkenalkan
oleh nabi Ibrahim dan anaknya nabi Ismail, lalu diwariskan turun temurun. Dalam
proses pewarisan turun temurun itulah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
disebabkan oleh keterbatasan pandangan bangsa Arab jahiliyah dalam memandang
hubungan Tuhan dengan makhluknya. Anggapan mereka, terdapat jarak yang
mengantari antara Tuhan dan makhluk. Dari sinilah timbul kepercayaan paganisme
yaitu menyembah berhala, yang pada dasarnya tidak dimaksudkan sebagai
penyembahan terhadap wujud berhala tapi sebagai perantara untuk menyembah Tuhan
(Allah).
Menurut riwayat
(Syalaby, 1983 : 63) penyembahan berhala berawal ketika orang-orang Arab pergi
keluar kota Mekkah dengan selalu membawa batu yang diambil dari sekitar Ka’bah
dan mencintai kota Mekkah. Batu-batu tersebut diletakkan dimanapun mereka
menetap lalu mereka membuat patung yang disembah dan mereka mengelilinginya.
Dan pada saat tertentu mereka masih mengunjungi Ka’bah. Patung-patung tersebut
dibawa ke Mekkah dan diletakkan di sekitar Ka’bah hingga menjelang kelahiran
Nabi Muhammad SAW dan patung-patung itu berjumlah 360 buah. Dari kesemuanya
Hubal adalah patung yang terbesar berbentuk manusia. Selain di Mekkah,
patung-patung tersebut bernama Manata di dekat Yatsrib, Laata di Thaif, dan
Uzza di Hejaz.
Kehidupan
paganisme kadang bercampur dengan polytheisme dan menganggap bahwa Laata (Dewi
Bulan Cerah), Al
Maanata (Dewi
Bulan Gelap), dan Al Uzza (Persatuan keduanya) adalah anak-anak perempuan Dewa
Agung (Banaat Allah). Polyteisme
yang dimaksud di sini ada yang disebut dengan polyteisme Arab Selatan, yaitu Mengenal
jabatan pendeta yang bertempat di kuil-kuil. Kuil merupakan pusat kekayaan yang
dikelola oleh pendeta kepala, lalu sepertiga dari hasil panennya untuk para
Dewa yaitu untuk menjamin kehidupan para pendeta. Dan polyteisme Arab Utara, yaitu Tidak
mengenal jabatan pendeta seperti Arab Selatan karena kehidupan Arab Utara
cenderung nomaden sehingga kemanapun mereka pergi Dewa pun dibawa serta. Agama
mereka bersifat komunal (kelompok) bukan personal. Akan tetapi tidak semua
bangsa Arab menganut agama itu, karena ada juga yang menganut agama lain
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Kepercayaan dengan menyembah ratusan patung berhala yang
bermacam-macam bentuknya disekitar ka’bah, bintang-bintang dan matahari
yang mereka jadikan sebagai sesembahan
selain Allah. Penyembahan bintang-bintang muncul di Jazirah Arab,
khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm,
Khuza’ah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri
Yarnan. Penyembahan tersebut dapat mendekatkan mereka pada tuhan sebagaimana
yang tertera dalam alqur’an, Agama pagan sudah ada sejak masa sebelum
Ibrahim. Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-hala itu: ṣanam, wathan,
nuṣub, dan ḥubal.
3.
Nama-nama patung Bangsa Arab Jahiliyah
a.
Wadd
Wadd adalah nama patung milik kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang shalih
dari mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan
kepada Auf bin ‘Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan
disembah oleh bani kalb bin Murrah. Patung ini ada sampai datangnya Islam
kemudian dihancurkan Khalid bin Walid dengan perintah Rasulullah.
b.
Suwaa’
Suwaa’ adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan
kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar dan diserahkan kepada bani
Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari Makkah.
c. Yaghuts
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali
dan diberikan kepada Na’im bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di
Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani An’am dari
kabilah Thaiyi’.
d. Ya’uq
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali
dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh
orang-orang Hamadan.
e. Nasr
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali
dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba’ disembah oleh bani
Dzi Al Kilaa’ dari kabilah Himyar dan sekitarnya.
f. Manaah
Manah Adalah salah satu patung berhala yang ditempatkan di
pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid antara Makkah dan Madinah. Patung
ini sangat diagungkan oleh suku Al Aus dan Al Khazraj. Rasulullah mengutus Ali
bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah.
g. Laata
Laata adalah kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang
dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya
dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif. Ada yang mengatakan bahwa
Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu
ia meninggal kemudian kuburannya di sembah. Ketika bani Tsaqif masuk Islam maka
Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin Syu’bah untuk menghancurkannya dan kuburan
ini dibakar habis.
h. Al ‘Uzza
Al ‘Uzza adalah satu pohon yang disembah. la lebih baru dari
Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas
Dzatu ‘Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala
ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah Saw menaklukan
Makkah, beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata
ada tiga pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam
berambut kusut dalam keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan
taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya
dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh
juru kuncinya.
i.
Hubal
Hubal merupakan patung yang paling besar di Ka’bah.
Diletakkan di tengah Ka’bah. patung ini terbuat dari batu ‘aqiq merah menyerupai
manusia. Dibawa ‘Amru bin Luhai dari Syam. Isaaf dan Naailah dua patung berhala
yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang orang
Jurhum yang masuk ke Ka’bah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu,
seiring perjalanan waktu, keduanya disembah,
j.
Dzul Khalashah
Dzul Khalasah Ini adalah berhala milik kabilah Khats’am,
Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman.
Begitulah gambaran keadaan agama di Jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam.
Mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai
sesembahannya juga dan sebagai Dzat Pencipta. Sumber kepercayaan tersebut
adalah risalah samawiyah yang yang dikembangkan dan disebarkan di jazirah Arab
terutama risalah nabi Ibrahim dan Ismail.
Dari sekian banyak patung tersebut yang paling terkenal
adalah Latta, ‘Uzza, dan Manaah. Dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam surat
an-Najm: 19-21 “Sudahkah kamu perhatikan Al-lata dan Al-Uzza dan manaah,
yang satu lagi dan ketiga? Apakah bagimu yang lelaki dan bagi-Nya yang
perempuan?.” Dan ketika tawaf di ka’bah orang-orang arab jahiliyah membaca:
“ Demi Lata,
uzza dan manah, dewa ketiga. Mereka adalah dewi-dewi syafaat mereka dapat di
harapkan.”( bacaaan jahiliyah sewaktu tawaaf).
Selain dari pada itu,
sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya bahwa selain mengenal yang namanya
dewa-dewa. Sebenarnya orang Arab jahiliyyah juga telah mengenal yang namanya
Allah, dan hal ini diperkuat dengan bukti-bukti yang ada atau terdapat dalam
sya’ir-sya’ir jahiliyyah:
“Katanya: “ demi Allah engkau tidak berdaya. Kulihat
cinta belum melepaskan dirimu.” (Amrul Qais).
“Janganlah
sembunyikan dari Allah apa yang ada dalam hatimu. Bagaimanapun Allah pasti
tahu.” (Zubair Ibn Abi Salma).
Selain dari itu, nama “Abd Allah” atau Abdullah yang
dikenal di zaman Jahiliyah juga menunjukkan bahwa konsep Allah telah ada pada
mereka. Sebagai di ketahui bapak Nabi Muhammad Saw. Juga bernama Abd. Allah.
Dan hal tersebut diperkuat dengan firman
Allah:
(#qè=yèy_ur ¬! $£JÏB r&us ÆÏB Ï^öysø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur $Y7ÅÁtR (#qä9$s)sù #x»yd ¬! óOÎgÏJôãtÎ/ #x»ydur $oYͬ!%x.uà³Ï9 ( $yJsù c%2 öNÎgͬ!%2uà³Ï9 xsù ã@ÅÁt n<Î) «!$# ( $tBur c%2 ¬! uqßgsù ã@ÅÁt 4n<Î) óOÎgͬ!%2uà° 3 uä!$y $tB cqßJà6óst ÇÊÌÏÈ
“Mereka tentukan
bagi Allah sebagian dari apa yang diciptakan-Nya dari tanaman dan ternak dan
mereka berkata, “ dan ini bagi sekutu-sekutu kami.” Apa yang ditentukan bagi
sekutu-sekutu mereka tidak sampai kepada Allah dan apa yang di tentukan bagi
Allah itu sampai kepada sekutu-sekutu mereka; amatlah buruk apa yang mereka
tentukan.” (Q.S. Al An’aam: 136).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun yang terkait dengan kepercayaan bangsa Arab sebelum
Islam yaitu mereka percaya pada berhala dan kebanyakan menyembah patung-patung
untuk dijadikan tuhan. Sementara agama-agama yang ada pada masa itu adalah
Yahudi, Kristen, Majusiyah, paganism, dan al hunafaa’.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, dan masih kekurangan referensi dalam
penulisannya. Oleh karenanya diharapkan kritikan dan masukan yang dapat
memotivasi penulis untuk lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mufrodi. 1997. Islam di kawasan
Kebudayaan Arab. Jakrta : Logos Al-Habib Alwi
Dedy Supriyadi dan Mustofa Hasan. 2012. Filsafat Agama.
Bandung: CV. Pustaka Setia
Fakhruddin al-Razi, Mafatihul Ghaib (Pustaka Ridwan, 2008)
Komentar
Posting Komentar