MANUSIA SEBAGAI PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM ISLAM



MANUSIA SEBAGAI PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM ISLAM
(MANUSIA SEBAGAI PENDIDIK)
IDA AULIA MAWADDAH/151.131.063/KELAS B/SEMESTER II
IAIN MATARAM

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata (Muhammad Syaltut). Dan sebagai tambahan adalah fisafat sebagai alat bantuk dalam berpikir manusia untuk selalu mengembangkan pengetahuan yang sudah di miliki. Filalsafat tersebut digunakan untuk mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi dan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut tanpap mengakibatkan masalah yang lebih besar. Tentu saja dalam perkembangan yang dilakukan oleh manusia tidak akan terlepas dari perintah dan larangan agama, karena dalam hal ini agama memrupakan sumber yang paling utama dan mmenduduki kedudukan yang tertinggi yang disusul kemudian adalah filsafat, kemudian ilmu pengetahuan.
Oleh karena pendidikan (formal, nonformal dan informal) termasuk amalan yang nyata dan harus dilakukan, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah. Pengklasifikaksian ini tidak terlepas dari adanya tanggung jawab yang wajib bahwa pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang nantinya akan menyangkut kebutuhan orang banyak (social masyarakat). Dengan demikian maka jelaslah bahwa sebaik-baik orang adalah dia yang mampu memberikan kontribusi pada masyarakat sekitanya. Dan perintah ajarkanlah ilmu walau satu ayat.
Manusia adalah mahluk yang paling penting dari seluruh yang dicipta, manusia seharusnya menjadi fokus pendidikan. Ini sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bahkan dalam pandangan agama-agama dari Timur, yang dianggap sebagi agama monoteisme, manusia merupakan sosok yang sentral dalam penciptaan. Segala sesuatu dicipta untuk manusia. Tuhan mencipta terang, cakrawala, laut, darat, semua jenis tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, semua mahluk hidup di laut seperti ikan, dan di darat, dan segala jenis burung di udara. Dan terakhir ia menciptakan Manusia. Manusia adalah mahkota dari seluruh ciptaan. Ia pusat dari alam semesta. Segala sesuatu sudah disediakan sebelum manusia eksis di bumi. Bahkan taman yang indah, Taman Firdaus pun, disiapkan untuk mereka sehingga pasangan suami-isteri pertama dalam sejarah manusia tidak perlu bersusah payah mencari kebutuhan hidupnya. Bukan hanya sebagai mahkota dari seluruh ciptaan, manusia diberi tugas untuk menguasai seluruh ciptaan- mulai dari ikan-ikan yang ada di laut dan burung-burung di udara, dan semua mahluk yang bergerak di bumi. Seluruh alam semesta ada dalam kekuasaan manusia.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Penertian dari Manusia Sebagai Pendidik
Kalau dicermati secara seksama, pendidikan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan dua pihak sekaligus. Pihak pertama adalah subjek pendidikan, yakni pihak yang melaksanakan pendidikan, sedangkan pihak kedua adalah objek pendidikan, yakni pihak yang menerima pendidikan.
Dalam mendidik juga dibutuhkan keikhlasan dalam memberikan arahan. Ikhlas adalah kondisi rohani yang melahirkan niat tulus dalam berbuat semata-mata karena Allah, tidak karena motif dan kepentingan lainnya. Pada dasarnya manusia diciptakan oleh tuhan untuk belajar sepanjang hidupnya, yaitu mempelajari kedudukan dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah yang terbaik, mulia, dan multi dimensi. Mempelajari peranannya sebagai khalifah, mempelajari dan mengevaluasi proses-proses belajar yang dilaluinya. Mengorek kesalahan yang lalu, meneliti kekurangan sekarang, dan mempredeksikan kemajuan yang akan datang. [1]
Maka dapat dikatakan bahwa, Manusia sebagai pendidik adalah Setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Ini sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bahkan dalam pandangan agama, yang dianggap sebagi agama monoteisme, manusia merupakan sosok yang sentral dalam penciptaan. Segala sesuatu dicipta untuk manusia. Tuhan mencipta terang, cakrawala, laut, darat, semua jenis tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, semua mahluk hidup di laut seperti ikan, dan di darat, dan segala jenis burung di udara, dan terakhir Ia menciptakan Manusia.[2]
Secara formal mendidik memang tanggung jawab guru atau dosen, akan tetapi secara moral mendidik adalah tanggung jawab semua umat manusia. Pendidik yang pertama ialah pendidik yang disebabkan karena tanggung jawab, pendidik yang kedua ialah pendidik yang memperoleh tugas karena orang tua untuk sementara tidak dapat untuk melakukan pendidikan. Yang dalam hal ini pendidik harus mempunyai kelebihan dalam ilmu pengetahuan, mampu mengimplisitkan nilai dalam ilmu pengetahuan yang dimilikinya itu, dan bersedia menularkan nilai beserta pengetahuan yang dimilikinya itu.[3]

B.      Peran Manusia sebagai Pendidik
Peran manusia sebagai pendidik merupakan peran yang berkaitan dengan tugas-tugas dalam member bantuan dan dorongan (supporter). Tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor), serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tuga itu berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti, penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa lainnya. Moralitas tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu, tugas manusia sebagai pendidik (khususnya Guru) dapat disebut sebagai pendidik dan pemelihara.
Adapun peran guru sebagai pendidik adalah seperti yang dipaparkan pada UU No. 14 tahun 2005 yaitu sebagai pendidik, pembimbing, penasehat, pengajar, pelatih, dan sebagai contoh suri tauladan.

Dalam Al-Qur’an (surah Ar-Rahman 1-4) dijelaskan:
a.       sifat-sifat pendidik adalah yang murah hati, penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya.
b.      Seorang guru hendaknya memiliki potensi Paedagogis yang baik sebagaimana Allah mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi-Nya.
c.       Al-Qur’an menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah kebenaran atau ilmu dari Allah (kompetensi professional)
d.      Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang memiliki kemampuan spiritual dan intelektual.


Dalam surah Al-Luqman juga dapat diambil beberapa pokok pikiran sebagai berikut:
a.       Orang tua wajib member pendidikan kepada anak-anaknya. Sebagaimana tugasnya, mulai dari melahirkan samapi Akil baligh.
b.      Perioritas pertama adalah penanaman akidah dan akhlak.
c.       Dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan yang bersifat kasih saying, sesuai makna seruan Luqman kepada anak-anaknya “Yaa Bunayya” (wahai anak-anakku). Seruan tersebut menyiaratkan sentuhan kasih saying, tetapi dalam koridor ketegasan dan kedisiplinan.[4]

C.      Hakekat Manusia sebagai pendidik
a. Pendidik sebagai agen pembaharuan
b.Pendidik adalah pendukung dan pemimpin nilai masyarakat
c. Pendidik sebagai fasilitator
d.Pendidik bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik
e.Pendidik dituntut untuk menjadi contoh yang baik
f.  Pendidik menjujung tinggi kode etik professional
Secara formal manusia sebagai pendidik dikatakan sebagai Guru/Dosen, dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengajar, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
                Dalam dunia pendidikan baik formal maupun nonformal, manusia sangat dibutuhkan dalam mendidik peserta didik. Dimana dalam hal ini pendidik harus dituntut untuk berlaku jujur, disiplin, menaungi, dan member cobtoh yang baik terhadap anak didiknya. Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan dengan sangat rinci bahwasanya manusia diciptakan untuk mengajari anak-anak mereka sejak ia lahir sampai anak tersebut memasuki usia akil baligh.



[1] Ismail Thoib, Filsafat Pendidikan Islam (mataram, LEPPIM, 2012)
[2] http//manusia sebagai pendidik/slideshare, 19:24 15-4-2014
[3]http//manusia sebagai focus pendidikan, 19:51 15-4-2014
[4] http//dalilAl-qur’an tentang pendidikan.com  (20 april 2014, 10:27)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah hipotesis penelitian

pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran

populasi dan sampel